Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sawah di Pangkep Sulawesi Selatan Terancam Gagal Panen, Petani: Biaya yang Sudah Dikeluarkan Rp 5 Juta

Padi di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan (Pangkep) terancam gagal panen. Musababnya , sawah para petani digenangi air setinggi dada orang dewasa.

11 Maret 2024 | 07.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani memanen padi di persawahan yang terendam banjir di Desa Wates, Undaan, Kudus, Jawa Tengah, Jumat 3 Maret 2023. Menurut data BPBD setempat, sebanyak 2.216 hektare sawah di lima kecamatan di wilayah itu terdampak banjir sehingga sebagian petani gagal panen, sementara harga gabah di wilayah tersebut turun dari Rp5.300 per kilogram menjadi harga paling rendah mencapai Rp2.500 per kilogram akibat kualitas padi yang menurun akibat terendam banjir. ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Makassar - Sawah di Kabupaten Pangkejene dan Kepulauan (Pangkep) Sulawesi Selatan terancam gagal panen. Musababnya, sawah para petani digenangi air setinggi dada orang dewasa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Yang jelas, kalau kondisi begini, secara otomatis akan gagal panen," kata seorang petani di Desa Kabba, Kecamatan Minasatene saat dikonfirmasi Tempo, Ahad,10 Maret 2024. Luas sawah yang tergenang air sekitar 80 hektare.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dia menjelaskan bahwa intensitas hujan yang tinggi selama dua hari membuat sawah tenggelam. Padahal. usia padi saat ini telah masuk tiga bulan, sudah mulai berisi dan rencana panen raya pada akhir April mendatang.  

"Sangat susah diantisipasi kalau begini (kondisi alam). Kondisi begini otomatis membuat buah hitam atau padi rusak," ucap pria yang tidak mau disebutkan namanya.

Panen raya lalu, lanjut dia, satu hektare sawah bisa menghasilkan sampai 100 karung padi, di mana per karung itu beratnya 50 kilogram. Namun, dengan kondisi banjir saat ini, membuat hasil produksi para petani merosot. Padahal biaya yang telah dikeluarkan petani mulai musim tanam sampai panen mencapai Rp 5 juta. 

Selanjutnya: "Pasti rugi, kami para petani merintih saja...."

"Pasti rugi, kami para petani merintih saja. Untung-untung kalau dapat 20 karung per hektare," tambahnya.

Petani lainnya di Desa  Kabba, Heru Haeruddin, mengaku tetap bersyukur karena sawahnya hanya terendam sekitar satu meter. “Kalau dibandingkan tahun lalu, itu parah karena tidak bisa panen. Ini mungkin masih ada tapi merosot,” kata Heru.

Menurut Heru, produksi padi kali ini dipastikan merosot akibat kebanjiran. Ia mencontohnya dirinya yang menggarap sawah satu hektare. Biasanya satu hektare bisa menghasilkan 6,5 ton gabah, namun menurun menjadi 2,5 ton pada panen raya April mendatang. 

“Pasti mempengaruhi produksi kalau kebanjiran, adalah sedikit yang dipanen,” kata lelaki 49 tahun ini. Padahal, para petani telah mengantisipasi agar tak kebanjiran, sehingga ia menanam lebih cepat. Namun, kondisi cuaca berubah sehingga tetap dilanda banjir. 

“Tahun ini, kami undur menanam, yaitu Januari, tapi tetap saja kena banjir,” tutur dia yang belajar dari pengalaman tahun lalu ke banjiran di Januari. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus