ADA riak kecil membuncah di kampus Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tapi kali ini tak ada bau-bau politiknya. Perkara kecil cuma: rencana mendirikan pusat pelayanan kampus, yang berupa toko-toko bersarana modern. Namanya, Campus Mall. Dan mahasiswa protes, lantaran merasa tidak diberi informasi yang jelas. Syukur, protes itu tidak berkepanjangan. Dan pembangunan Campus Mall terus berlanjut. Pusat pertokoan yang akan beroperasi awal 1996 itu akan menelan investasi sekitar Rp 10 miliar. Pihak pemodal, PT Satyabrata Widyatama, akan mencari keuntungan dari proyek itu selama 15 tahun sejak dioperasikan. Setelah itu, demikian perjanjian antara pihak swasta dan UGM, Campus Mall sepenuhnya menjadi milik Universitas Gadjah Mada. Selain itu, investor juga akan membangun wisma tamu yang berkapasitas 100 kamar, sementara Campus Mall akan menyediakan fasilitas berupa gedung perkantoran, bank, restoran, hingga pusat kebugaran. Keuntungan lain bagi UGM, yang menyediakan tanah sekitar 1,5 hektare, adalah berupa royalti Rp 200 juta hingga Rp 300 juta setahun. Menurut Sofian Effendi, Pembantu Rektor IV Bidang Kerja Sama UGM, pendapatan tambahan ini cukup membantu. Soalnya, biaya operasi kampus dalam setahun rata-rata Rp 95 miliar, sedangkan anggaran yang didrop dari Pemerintah hanya Rp 29 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini