Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sedia Tameng Penolak Ajal

Tim teknis merekomendasikan kontrak Koba Tin tak diperpanjang. Mencoba bertahan dengan mengangkat Sutanto dan Edi Yosfi menjadi komisaris.

9 Juli 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RAPAT umum pemegang saham baru akan digelar sepekan lagi. Tapi dua nama sudah digadang-gadang akan masuk jajaran komisaris PT Koba Tin. Mereka adalah Jenderal Polisi (Purnawirawan) Sutanto dan pengusaha Edi Yosfi.

Kedua orang itu, menurut Direktur Corporate Affair Koba Tin Joni A.R., dipilih untuk mendukung kinerja perusahaan eksplorasi dan pengolahan persero. Koba Tin merupakan perusahaan patungan yang 75 persen sahamnya dikuasai Malaysia Sme­lt­ing Corporation Berhad dan sisanya dimiliki PT Timah Tbk.

Pemilihan keduanya bukan tanpa alasan. Sutanto pernah menjadi Kepala Badan Intelijen Negara selepas memegang posisi Kepala Kepolisian RI. Senioritas Sutanto di kepolisian diyakini mampu menjaga kepentingan perusahaan dalam masalah keamanan.

Sutanto juga teman seangkatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka lulusan terbaik pada 1973. Bedanya, Yudhoyono di Akademi Militer, sedangkan Sutanto di Akademi Kepolisian. Joni terbahak ketika disinggung bahwa "kehebatan" Sutanto lainnya adalah kedekatannya dengan Presiden Yudhoyono.

Belum resmi menjadi komisaris, Sutanto sudah diundang meninjau kantor Koba Tin di Bangka Belitung pada akhir Mei lalu bersama sejumlah pejabat polisi setempat. Ia bukan "orang jauh" buat Koba Tin.

Ketika menjabat Kepala Polri, pada 2006, Sutanto pernah mendesak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral kala itu, Purnomo Yusgiantoro, agar mencabut kontrak karya Koba Tin lantaran terbukti menadah dari penambang liar. "Itu kan dulu," kata Joni. Bagaimana dengan Edi Yosfi? "Saya enggak tahu kenapa dipilih. Pernah ketemu sekali, salaman. Sudah," tuturnya.

Sutanto belum bisa ditemui karena sedang dirawat di Singapura untuk menjalani operasi lutut kiri. Edi juga tengah berada di luar negeri pekan lalu. "Pulangnya minggu depan," kata seorang anggota staf bernama Narto.

Edi dikenal dekat dengan Partai Amanat Nasional. Ia juga direktur perusahaan minyak PT Sinergindo Citra Harapan. Pada September 2009, di rumahnya di bilangan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Edi menggelar acara buka puasa para petinggi PAN dengan Presiden Yudhoyono. Ketika itu Yudhoyono sudah dipastikan menjadi presiden untuk periode kedua.

Di situlah pendiri PAN, Amien Rais, memuji Menteri-Sekretaris Negara Hatta Rajasa sebagai tokoh yang mumpuni. Kini Hatta menjabat Menteri Koordinator Perekonomian sekaligus ketua umum partai berlambang matahari itu. Edi hadir pula dalam acara pernikahan putra Yudhoyono, Edhie Baskoro Yudhoyono, dengan Siti Ruby Aliya Rajasa, putri Hatta, pada November tahun lalu di Istana Cipanas.

Sumber Tempo di pemerintahan menuturkan, pemilihan Sutanto dan Edi terkait dengan hidup-matinya Koba Tin, yang telah beroperasi sekitar 40 tahun di Bangka Belitung. Tim teknis Kementerian Energi telah merekomendasikan supaya kontrak karya yang akan habis pada April tahun depan tak lagi diperpanjang, setelah diperpanjang 10 tahun sejak 2003.

"Rekomendasi muncul April-Mei lalu. Sekarang terserah Menteri Energi Jero Wacik," ujar sumber Tempo, Kamis pekan lalu. Menurut dia, berdasarkan kajian teknis dan hukum, cadangan timah di lahan Koba Tin, yang totalnya seluas 41.680,3 hektare, tak lagi memenuhi standar. Sebagian lahannya pun berada di hutan lindung. "Direkomendasikan untuk menutup tambang."

Direktur Mineral Kementerian Energi Dede Indra Suhendra tak menampik ataupun membenarkan hasil evaluasi tim teknis. Ia cuma memastikan semua aspek menjadi bahan evaluasi. "Namanya juga permohonan, bisa ditolak dan bisa juga diterima," ujar Dede. "Belum, belum, sedang saya pikirkan," kata Jero Wacik tentang perpanjangan kontrak Koba Tin kepada Prihandoko dari Tempo.

Joni mengatakan, bila permohonan perpanjangan kontrak karya yang telah diajukan pada awal Juni lalu ditolak, bakal muncul persoalan baru. Ia mengklaim 2.000 pekerja bakal menganggur. "Semua terserah pemerintah," katanya.

Hatta tak peduli dengan urusan Koba Tin. "Apa itu Koba Tin? Kalau bermasalah, dihentikan saja," katanya, Kamis lalu. Kendati kenal, dia tak mau dikaitkan dengan Edi Yosfi. "Dia bukan anggota PAN. Ada ribuan orang datang ke acara pernikahan anak saya. Kenapa dikait-kaitkan dengan saya?"

Jobpie Sugiharto, Retno Sulistyowati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus