Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PULUHAN ban berbagai merek terpajang di toko Boss Motorsport di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Konsumen dimanjakan dengan beragam pilihan ban produksi perusahaan papan atas, seperti Bridgestone, Swallow, Goodyear, dan GT Radial.
"Sekarang sudah banyak pilihan, beda dengan lima tahun lalu," ujar Joko Anwar, penjaga toko, kepada Tempo, Selasa pekan lalu. Harga yang ditawarkan berkisar Rp 300 ribu-Rp 1 juta per unit.
Kendati banyak pendatang baru, Komisi Pengawas Persaingan Usaha menilai pasar ban dalam negeri tetap dikuasai dua pemain lama. Sepanjang 2008-2011, Bridgestone dan GT Radial menguasai 65 persen pasar ban mobil ukuran standar ring 13, 14, 15, dan 16. "Pasar ban Indonesia oligopolistik," kata Komisioner KPPU Kamser Lumbanradja.
Tak hanya itu, komisi antimonopoli ini juga mengendus adanya praktek kongkalikong di antara produsen bank. Indikasinya, grafik harga sejak 2008 terpantau bergerak seirama. Jika satu produsen menaikkan harga, kompetitor lain langsung mengikuti. "Tak pernah ada persinggungan layaknya di pasar persaingan sehat," kata Kamser.
Mendapat bukti awal, KPPU langsung bergerak. Menurut Kamser, 54 investigator dikerahkan untuk menelisik dugaan persaingan tidak sehat di pasar ban dalam negeri. Hasilnya, investigator berhasil menemukan dokumen berupa notulensi rapat presidium Asosiasi Produsen Ban Indonesia (APBI) di Hotel Intercontinental, Jakarta, pada 21 Januari 2009.
Dalam dokumen yang salinannya diperoleh Tempo, tertulis Ketua APBI Azis Pane meminta agar anggota "bersepakat" mengenai harga jual ban. "Kita sesama anggota jangan melakukan banting-membanting harga," katanya.
Pertemuan lima tahun lalu itu menjadi penting karena dihadiri 12 orang yang mewakili delapan perusahaan produsen ban. Mereka adalah Budiman Husin dari PT Goodyear Indonesia, Shigeru Niho dan John M. Arsyad (PT Bridgestone Tyre Indonesia), Harry Kalisaran dan Feton (PT Gajah Tungga Tyre), Tamin Kurniady dan Roy E. Karelz (PT Industri Karet Deli), Kasunori Hiramatzu dan Chintra (Sumi Rubber Indonesia), Hermojo (Elang Perdana Tyre Industry), Nina (PT Suryaraya Rubberindo Industries), dan Humardhani Halim dari PT Banteng Pratama.
Selain Aziz Pane, enam pengurus APBI datang dalam pertemuan tersebut. Dalam notulensi itu tertulis semua anggota yang hadir menyetujui usulan sang ketua. Kamser membenarkan soal dokumen itu. Dia juga menengarai ada keganjilan dalam putusan rapat tersebut. "Sekaligus menunjukkan ada kesepakatan untuk mengatur harga, mengarah pada tindakan kartel," katanya.
Setelah bergerak sejak 2008, baru pada awal Mei 2014 pimpinan KPPU memutuskan menyidangkan perkara itu. Pada 20 Mei lalu digelar sidang perdana. Kamser ditunjuk sebagai ketua majelis serta Syarkawi Rauf dan Sukarmi menjadi anggota.
Enam dari delapan perusahaan yang hadir dalam rapat presidium ditetapkan sebagai terlapor. Sedangkan dua perusahaan lain, Suryaraya Rubberindo Industries dan Banteng Pratama, lolos karena pangsa pasar mereka terlalu kecil, di bawah tiga persen.
Associate General Counsel Asia-Pacific The Goodyear Tire & Rubber Company, Jim Venizelos, menyangkal terlibat dalam pengaturan harga. Sebab, menurut dia, pangsa Goodyear pada 2008 yang 6,2 persen turun menjadi 3,4 persen tiga tahun kemudian. "Jadi tidak ada motif ekonomi sama sekali untuk melakukan praktek kartel," katanya.
Kuasa hukum Elang Perdana, Sehat Damanik, juga menyangkal. "Risalah rapat yang dijadikan bukti oleh tim investigator tidak sama dengan kesepakatan atau perjanjian," ujarnya.
Azis Pane menolak dituduh memerintahkan mengatur harga. Menurut dia, kesepakatan di notulensi itu tidak mengikat. "Itu sebatas imbauan."
Pingit Aria
Pangsa Pasar Ban Ring 13, 14, 15, dan 16 (dalam persen)
Perusahaan | 2008 | 2009 | 2010 | 2011 | |
PT Goodyear Indonesia Tbk (Goodyear) | 6,2 | 5,8 | 4,6 | 3,4 | |
PT Bridgestone Tire Indonesia (Bridgestone) | 34 | 33,6 | 30,3 | 30,4 | |
PT Gajah Tunggal Tbk (GT Radial) | 33,2 | 32,2 | 35,2 | 35,1 | |
PT Industri Karet Deli (Swallow) | 3,7 | 3,4 | 4,7 | 7,8 | |
PT Sumi Rubber Indonesia (Dunlop) | 17,4 | 18,3 | 19,5 | 17,9 | |
PT Elang Perdana Tyre Industry (Epco) | 5,6 | 6,6 | 5,7 | 5,5 | |
Total | 90,7 | 90,8 | 90,7 | 91,1 | |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo