Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) turut terdampak terpuruknya industri tekstil dalam dua tahun terakhir. Konsumsi listrik dari sektor tekstil, yang merupakan pangsa penjualan listrik terbesar dari sektor industri, turun seiring adanya pengurangan produksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Konsumsi listrik dari sektor industri tekstil mengalami penurunan yang tidak signifikan,” ujar Executive Vice President Corporate Communication PLN Gregorius Adi Trianto saat dihubungi Tempo, Senin, 30 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gregorius mengungkap, sepanjang periode Januari hingga November 2024, akumulasi konsumsi listrik dari sektor industri tekstil mencapai 8.992 gigawatt hour (GWh). Angka ini turun 0,61 persen dibandingkan dengan akumulasi konsumsi periode yang sama pada 2023 sebesar 9.034 GWh.
“PLN terus berkomitmen mendukung pelayanan kelistrikan yang andal di sektor tekstil,” tuturnya.
Merujuk Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T) PLN pada Juni 2024, sektor industri merupakan kontributor signifikan dalam penjualan listrik PLN. Dengan total kontribusi 29 persen, komposisi penjualan tenaga listrik dari sektor industri hanya kalah dari rumah tangga, yakni 43 persen.
Di sisi komposisi jumlah pelanggan, kontribusi industri memang kecil, yakni sekitar 0,25 persen. Kalah jauh dari rumah tangga sebesar 91 persen dan bisnis sebesar 5,38 persen. Angka ini menunjukkan meski jumlah pelanggan industri sangat kecil, industri mengonsumsi listrik dalam jumlah sangat besar dibanding pelanggan lain.
Dari penjualan tenaga listrik tarif industri, pangsa penjualan listrik terbesar ada di sektor tekstil, yakni sebesar 11,73 persen. Industri tekstil juga berkontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dengan pangsa 5,56 persen.
Berdasarkan data yang didapatkan Tempo dari analisis data internal PLN, segmen hilir mengalami tren penurunan rasio konsumsi listrik (MWh) tahunan terhadap kapasitas (MVA) terpasang paling parah. Segmen ini turun curam dari sebesar 3.500 per MWh pada 2018 menjadi sekitar 2.700 per MWh pada 2020. Sempat pulih mendekati 3.000 per MWh pada 2022, rasio konsumsi listrik merosot hingga sekitar 2.800 per MWh per 2023.
Segmen menengah tak jauh lebih baik. Dari 3.300 per MWh pada 2018, rasio konsumsi listrik terus melandai hingga 2.900 per MWh pada 2020. Rasio konsumsi listrik sempat berangsur pulih menjadi 3.100 per MWh pada 2022, tapi kemudian turun hingga di bawah 2.700 per MWh pad 2023.
Di sektor hulu, penurunan juga terjadi. Dengan rasio konsumsi listrik sebesar 4.100 per MWh pada 2018, sektor ini menjadi penyumbang terbesar. Tapi angka ini terus merosot hingga 3.300 per MWh pada 2020. Sempat pulih kembali menyentuh angka semula pada 2022, segmen ini terus anjlok hingga 3.900 per MWh pada 2023.