Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Senjakala Telepon Kabel?

Kinerja telepon tetap cenderung turun Operator puyeng menyiasati persaingan bisnis ini.

20 September 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUARA wanita empuk di ujung telepon lagi-lagi menyapa ramah. Penawarannya masih sama: paket khusus Internet cepat Speedy Rp 99 ribu selama dua bulan. ”Dalam rangka promo hari kemerdekaan,” kata Didik, pelanggan telepon rumah di Depok, Jawa Barat, menirukan staf pemasaran PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), yang menghubunginya pada akhir Agustus lalu. Ini adalah penawaran ketiga yang diterima Didik, karyawan perusahaan swasta di Jakarta.

Lain pula pengalaman Sartika Dewi. Ibu rumah tangga warga Perumahan Ciomas Permai, Bogor, ini sering mendapat selebaran promosi pemasangan telepon dari Telkom dengan harga diskon. ”Selebarannya biasa digantung di pagar, karena pintu pagar terkunci,” ujarnya kepada Tempo di Jakarta. Sebagai penghuni baru, Sartika memang belum memasang telepon rumah.

Telkom memang gencar mempromosikan penggunaan telepon tetap alias wire line atau fixed line. Agar menarik, penawaran telepon rumah itu digabung dengan paket ”banting harga” Speedy (akses Internet). Telkom mengincar penambahan jumlah pelanggan 700 ribu, menjadi 1,8 juta satuan sambungan pada akhir tahun ini. Per akhir tahun lalu, pengguna jasa internet Speedy tercatat 1,1 juta satuan sambungan. Ini berarti baru seperdelapan dari total pelanggan telepon kabel yang mencapai 8,8 juta rumah.

Menurut Vice President Public and Marketing Communication Telkom, Eddy Kurnia, Telkom sedang giat berekspansi menjaring pengguna Internet. Selain meningkatkan pendapatan dari bisnis telepon kabel, juga memenuhi kebutuhan konsumen yang telah bergeser. ”Dulu telepon rumah untuk percakapan, sekarang lebih banyak untuk layanan data (Internet),” katanya kepada Tempo di Jakarta.

Perusahaan telekomunikasi pelat merah ini puyeng memikirkan bisnis telepon tetap. Bayangkan, sepuluh tahun lalu, Telkom menguasai industri telekomunikasi sebagai satu-satunya operator telepon. Tapi, begitu keran persaingan dibuka, satu per satu operator swasta masuk menawarkan layanan mobile (bergerak) dalam bentuk code division multiple access (CDMA) maupun global system for mobile communications (GSM). Kompetisi menjadi seru dengan berbagai obral tarif.

Sejak masuknya telepon seluler, kinerja Telkom kedodoran. Banyak pelanggan memutuskan sambungan telepon, berpaling ke seluler. Tapi tetap ada yang mempertahankan telepon rumah karena menjadi syarat perbankan dalam memberikan kredit. Walhasil, kata Eddy, jumlah pelanggan tak banyak bergeser dari posisi 8,5-8,7 juta. Malah intensitas penggunaannya terus merosot. Pendapatan dari sektor ini pun terkoreksi tajam (lihat tabel).

Karena itulah, Telkom meluncurkan berbagai jurus untuk meredam derasnya laju penurunan kinerja telepon tidak bergerak. Misalnya program ”Telepon Rumah Rejeki Tumpah” yang diluncurkan pada 1 November 2008. Pelanggan dengan jumlah pemakaian tertentu akan mendapat poin. Setiap satu menit menelepon atau menerima panggilan, ia berhak memperoleh satu poin, yang bisa langsung ditukar dengan hadiah seperti alat pemasak nasi, voucher belanja, dan kamera digital, atau diundi dengan hadiah motor dan mobil. Tak dinyana, sambutan masyarakat luar biasa. Lebih dari tujuh juta satuan sambungan telepon—78 persen dari total pelanggan—mengikuti pesta gebyar hadiah ini.

Masih banyak program lainnya yang diluncurkan Telkom. Tujuannya cuma satu, menahan jumlah pelanggan telepon tetap tidak terjun bebas. Toh, Telkom tetap pede. Manajemen berkomitmen mempertahankan telepon tak bergerak ini. Cuma, Eddy menambahkan, arahnya bergeser dari layanan pembicaraan atawa voice ke jasa akses data, Internet, dan gambar. Itu dilakukan lantaran ada tren pada masa mendatang masyarakat bekerja di rumah. Artinya, mereka akan sangat bergantung pada layanan Internet. Ceruk itulah yang diincar Telkom. Intinya, kata Eddy, ”Orang akan tetap membutuhkan telepon tetap.”

Kepala Pusat Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi, Gatot Dewa Broto, mengatakan pemerintah memberi kebebasan kepada operator, termasuk Telkom, untuk mempertahankan telepon tetap atau membuat telepon tetap nirkabel (fixed wireless access), yang fungsinya sama dengan telepon kabel.

Retno Sulistyowati, Fery Firmansyah

Pendapatan Usaha PT Telkom (konsolidasi; unaudited), per Juni 2010

 Juni 2010Juni 2009
Telepon tidak bergerak6.684.9327.444.556
Seluler14.399.19613.960.216
Interkoneksi1.522.9621.437.189
Data, Internet, dan jasa teknologi informatika10.222.3198.664.157
Jaringan554.990590.050
Jasa telekomunikasi lainnya858.697515.808
Jumlah pendapatan usaha34.243.09632.611.976

Sumber: Telkom

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus