Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selasa besok, 2 Maret 2021, tepat satu tahun sudah sejak Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia. Setahun corona ada di RI, total kasus terkonfirmasi positif di tanah air sudah mencapai angka 1,3 juta dalam laporan terakhir pada Minggu, 28 Februari 2021.
Tempo merangkum kembali perjalanan satu tahun Indonesia menghadapi pandemi. Berikut ceritanya:
1. Kata Mahfud Md, Tak Ada Corona
Indonesia termasuk negara yang paling belakangan mengumumkan kasus Covid-19. Dari laporan terakhir pemerintah Cina, mereka menyebut wabah ini pertama kali terdeteksi di Wuhan pada 17 November 2019.
Setelah itu, wabah ini menyebar cepat di berbagai negara dalam hitungan minggu. Meski belum ada kasus aktif, Indonesia resmi menutup akses Indonesia dari dan ke Cina pada 2 Februari 2021.
Beberapa hari setelah kebijakan ini diambil, beberapa tindakan juga diambil untuk pencegahan penyebaran Covid-19. Tapi sepanjang bulan itu, pemerintah memastikan belum ada satupun penduduk di tanah air yang terinfeksi virus ini.
"Indonesia itu adalah satu-satunya negara besar di Asia yang tidak punya kasus corona. Virus corona itu tuh ndak ada di Indonesia," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud Md di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat, 7 Februari 2021.
2. Nasi Kucing BKS, Doa Qunut Ma'ruf
Di awal 2020 ruang publik diwarnai oleh guyonan hingga klaim soal nihilnya kasus Covid-19 di tanah air. Contohnya dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi alias BKS. "Tapi (ini) guyonan sama Pak Presiden ya, insya Allah ya, Covid-19 tidak masuk ke Indonesia karena setiap hari kita makan nasi kucing, jadi kebal," kata Budi Karya di Yogyakarta, Senin, 17 Februari 2021.
Ada juga Wakil Presiden Ma'ruf Amin kala menyebut salah satu faktor yang berperan besar atas 0 kasus Covid-19 adalah doa ulama yang selalu membaca doa qunut.
"Banyak kiai dan ulama yang selalu membaca doa qunut. Saya juga begitu baca doa qunut untuk menjauhkan bala, bahaya, wabah-wabah dan penyakit. Makanya Corona minggir di Indonesia," ujar Ma'ruf di Novotel Bangka, Rabu, 26 Februari 2020.
Adapula Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memperkirakan Covid-19 diperkirakan tidak kuat dengan kondisi cuaca Indonesia. "Dari hasil modelling, cuaca Indonesia di ekuator yang panas dan humidity tinggi maka untuk COVID-19 itu enggak kuat," ujar dia dalam konferensi video, Kamis, 2 April 2020.
3. Anggaran Rp 72 M untuk Promosi Kunjungan Wisata
Tak hanya guyonan dan klaim, kontroversi pun muncul dari kebijakan pemerintah merespons pandemi. Salah satunya anggaran Rp 72 miliar yang disiapkan Kementerian Pariwisata untuk mempromosikan pariwisata Indonesia yang terdampak penutupan dari dan ke Cina.
Di dalamnya, termasuk anggaran untuk influencer asing. "Paling enggak kan ada dari Amerika, dari India misalnya, middle east. Negara-negara yang kira-kira punya potensi yang luar biasa," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu Wishnutama Kusubandio di Jakarta, 26 Februari 2020.
Inilah yang kemudian menyulut kontroversi di publik. Hingga akhirnya, pemerintah menunda pos anggaran ini.
Berbagai guyon, klaim, dan kontroversi tersebut mencuat dari pejabat pemerintahan. Hingga akhirnya, kasus positif Covid-19 pertama diumumkan Jokowi pada Senin siang, 2 Maret 2021.
4. Panic Buying
Hanya berselang beberapa jam setelah Jokowi mengumumkan kasus pertama tersebut, sempat terjadi panic buying di masyarakat. Saat itu, beberapa etalase produk kebutuhan seperti beras, masker, hingga hand sanitizer, di sejumlah supermarket langsung kosong karena diserbu masyarakat.
Keesokan hari, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto pun langsung meminta masyarakat tidak panik karena bisa mendorong timbulnya ketidakstabilan harga. Saat itu, pemerintah pun menjamin kebutuhan tetap tercukupi.
Khusus untuk kebutuhan pokok seperti beras memang tidak ada kelangkaan. Tapi, produk kebersihan seperti masker dan hand sanitizer-lah yang langsung lenyap dan susah dicari di supermarket beberapa bulan setelah pengumuman Jokowi.
Akibatnya, harga masker melonjak tajam. Di Pasar Glodok, Jakarta, pada awal Maret 2020, harga masker jenis Nexcare isi 50 tembus Rp 850 ribu per kotak. Lalu, Sensi seharga Rp 450 ribu, dan Accurate Rp 400 ribu.
5. Tak Ada Lockdown
Di negara lain, mereka memutuskan untuk menutup total kawasan yang terdampak COvid-19. Tapi di Indonesia, tak pernah ada kebijakan itu. Pemerintah memilih kebijakan bernama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), yang kini berubah nama menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berskala Mikro.
Belakangan. Jokowi beralasan pilihan itu sudah diambil berdasarkan kajian tertentu oleh pemerintah. "Setiap negara memiliki karakter, budaya, kedisiplinan yang berbeda-beda, oleh itu kita tidak memilih jalan itu (lockdown)," kata dia.
Setelah itu, berbagai kebijakan lainnya pun diambil pemerintah. Mulai dari kampanye penggunaan masker secara masif, pendirian rumah sakit darurat, hingga mendatangkan vaksin dari berbagai negara yang memproduksi.
Lalu yang paling utama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menggelontorkan anggaran penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional sebesar Rp 688,33 triliun. Kebijakan ini harus dibayar dengan lonjakan defisit anggaran negara, dari 1,84 persen pada 2019. menjadi 6,09 persen pada 2020.
6. Setahun Covid-19
Namun berbagai kebijakan ini tak menghentikan penularan kasus Covid-19 di tanah air. Bahkan beberapa kali kasus sempat melonjak, terutama di daerah dengan jumlah kasus tertinggi yaitu DKI Jakarta. Epidemiolog menyebutnya sebagai dampak libur panjang dan masyarakat yang semakin abai dengan protokol kesehatan.
Pada November 2020, Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi Indonesia triwulan III 2020 terhadap triwulan III 2019 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,49 persen (y-on-y). Dengan begitu, ekonomi Indonesia masuk zona resesi atau minus dalam dua kuartal berturut-turut. Di mana pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen.
Setahun corona, 36 ribu lebih penduduk Indonesia meninggal akibat wabah ini. Sementara kasus baru setiap harinya masih mencapai 5 ribu lebih, walau sudah berkurang dari puncaknya pada 29 Januari 2021 yang mencapai 13,8 ribu kasus.
FAJAR PEBRIANTO
Baca juga: Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus 3,49 di Kuartal III 2020
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini