PERJALANAN 12 orang pengusaha dari Kadin Pusat disertai 1 Sekjen
dan 2 orang Dirjen yang mengikuti perjalanan Menhankam Jenderal
M. Jusuf ke Indonesia Timur, rupanya akan mendatangkan harapan
haru bagi daerah itu. Walau semuanya itu masih berupa rencana.
Selama sepekan -- dari tanggal 2-8 Desember lalu -- Hasjim Ning
dkk meninjau berbagai daerah. Berseragam militer kadang harus
naik truk terbuka penuh debu, mereka mengunjungi Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku sampai Wamena di lembah
Baliem Irian Jaya. Di situ Sudwikatmono, Dir-Ut PT Indocement,
sempat geleng kepala melihat harga semen Rp 25 ribu per zak,
gula Rp 800/kg dan sayur yang ditanam di daerah itu mencapai Rp
450/kg.
Tingginya harga itu menurut Ning karena ongkos angkutan yang
mahal. Satunya alat angkutan yang bisa mencapai Wamena adalah
pesawat udara, sehingga tak mengherankan jika harga begitu
melangit. Ongkos angkut BIak-Wamena saja Rp 500/kg.
"Itu juga disebabkan pejabat daerah latah, suka meniru yang
sebenarnya tak cocok dengan lingkungan," kata Dir-Ut PT Pantja
Niaga, Djukardi Odang. Padahal di sana lebih mudah mendapatkan
kayu daripada semen.
Peninjauan itu "membuat Kadin mawas diri," tutur Abdul Latief,
Dir-Ut PT Sarinah Jaya yang juga ketua hidang perdagangan Kadin.
Latief melihat jurang pembangunan antara pusat dan daerah amat
curam, meskipun kita sudah merdeka 34 tahun." Dan aparat
perhubungan, perdagangan dan keuangan menurut dia seakan-akan
membiarkan daerah itu terkebelakang. Koordinasi antar
departemental belum jalan. Buktinya di hampir seluruh daerah
yang dikunjungi barang-barang kurang dan harganya mahal.
Kalkulasi Tinggi
Untuk itu dalam waktu singkat menurut Hasjim Ning Kadin akan
membentuk departemen pembangunan dan pemerataan yang akan
diketuainya sendiri. Kadin juga akan membentuk trading house,
suatu perusahaan yang bergerak di bidang distribusi.
"Rencana itu baik," sambut Dirjen Perdagangan Dalam Negeri,
Kardjono, yang juga menyertai perjalanan Menhankam itu. Tapi
dia menyangkal aparatnya tidak berbuat sesuatu untuk kelancaran
arus barang. Dua bulan lalu, Kardjono meresmikan pembukaan
gudang berkapasitas 5000 ton di Lembar, Lombok Selatan.
Depdagkop juga akan membangun pergudangan di Kupang atau
Maumere (NTT). Tapi gudang yang akan dikelola oleh persero
pemerintah PT Banda Graha Reksa itu baru akan berfungsi jika
Pertamina juga membangun dipo atau sub dipo buat penimbunan
bahan bakar. Tanpa tersedianya bahan bakar di daerah kapal tak
akan mau mampir di sana.
Menurut Kardjono kunci pokok halnya harga di daerah bersumber
pada kalkulasi yang tinggi. Selama ini angkut barang ke
Indonesia Timur ke NTB, NTT dan Irian Jaya dilakukan oleh kapal
charter. Karena itu tarifnya mahal sebab perusahaan pelayaran
memperhitungkan fright untuk pulang pergi. Untuk menekan
tarif kapal itulah Depdagkop ikut membangun pergudangan.
Sehingga masalah angkutan laut yang gawat itu berangsur-angsur
bisa dikurangi.
Kunjungan ke daerah tampaknya cukup menggugah hati para
pengusaha. "Perjalanan itu menimbulkan banyak ide kepada saya,"
kata Aburizal Bakrie, salah seorang ketua Kadin yang bergerak di
bidang industri dan eksportir hasil bumi. Misalnya rencana
pembangunan pabrik gula mini di Flores, mendirikan pabrik ubin
di Timor Timur, perkebunan cokelat di Irian Jaya atau membangun
industri perikanan di Maluku. "Semuanya itu kini sedang dicari
partner dan dananya," kata Baramuli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini