Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Si Mina Makin Uzur

PT Karya Mina, perusahaan perikanan modern di Riau yang mendapat kredit dari Bank Pembangunan Asia sebesar Rp 2 milyar, tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ada gagasan mengalihkannya ke koperasi. (eb)

2 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PT Karya Mina, ketika didirikan tahun 1972, diharapkan untuk menjadi perusahaan perikanan moderen kebanggaan Riau. Modalnya yang hampir Rp 2 milyar diperoleh dari kredit ADB (Bank Pembangunan Asia). Sesudah 6 tahun, ternyata perusahaan itu tidak berfungsi sebagaimana mustinya, bahkan rugi pula. Sampai akhir 1977, defisit yang dialaminya sudah hampir Rp 1,8 milyar. Sekarang angka defisitnya itu mungkin sudah melampaui jumlah modalnya semula. Maka belakangan ini terdengar cerita di Tanjung Pinang bahwa perusahaan yang gagal itu mungkin akan dijadikan koperasi. Tapi pemerintah sendiri, yang berhak menentukan nasib Karya Mina, belum memutuskannya. Armada Karya Mina pernah terdiri atas 40 kapal pukat (trawler) dan 60 lainnya yang berukuran lebih kecil (gilnetter) serta 5 kapal khusus untuk ekspor ikan. Perusahaan ini tadinya selain bertujuan menangkap ikan sendiri, juga menampung hasil nelayan setempat, kemudian dipasarkan ke luar negeri. Semua itu ternyata tidak jalan. Selama setahun terakhir ini Karya Mina malah merobah sifat operasinya. Yaitu sebagian armadanya tidak dijalankan sendiri, tapi disewakan pada kaum nelayan yang berminat. Uang sewa itu dipakainya untuk menutup ongkos rutin. Penangkapan ikan dari kapal-kapal yang disewakannya itu, tentu saja, jatuh ke tangan pedagang tengkulak. Padahal tengkulak itu semustinya dilawan oleh Karya Mina demi menjamin pendapatan nelayan biasa. Tapi Karya Mina sendiri pun sudah tidak bermodal lagi untuk membeli langsung dari para nelayan. Dagang Es Selain dari menyewakan armadanya, ia kini hidup dengan berdagang es. Dari empat pabrik, ia setahun bisa memasarkan es sekitar 18.000 ton yang diperlukan nelayan untuk mendinginkan ikan. Dengan cara begini, biaya rutinnya agak tertolong. Maka Dir-Ut Luhut Hutapea dari Karya Mina mengatakan bahwa perusahaannya sudah "kembali normal" dibanding dengan keadaannya setahun lalu. Namun ia makin jauh dari fungsinya semula. Sementara itu, koresponden TEMPO Rida K. Liamsi melaporkan, armadanya kini "dalam keadaan uzur" yang tinggal 60% saja masih bisa dipakai. Tentang gagasan untuk mengalihkannya ke koperasi, para pejabat di Riau terdengar menyangsikan bahwa BUUD/KUD perikanan setempat akan mampu untuk melanjutkan prasarana Karya Mina itu. Di Riau masih belum ada satu pun BUUD/KUD yang benarbenar sudah jadi. Memang BUUD/KUD pernah dilahirkan di Kijang, Tg. Balai Karimun, Singkep dan Kuala Inderagiri. Ketika dicoba, umpamanya BUUD/KUD Kijang, mengerahkan para nelayan untuk memakai peralatan Karya Mina hasil penangkapan ikan lancar terkumpul selama 3 bulan. Sesudah itu, seperti koresponden Liamsi melihatnya baru-baru ini, sebagian ikan mereka sudah tidak lagi tersalur ke Karya Mina, melainkan jatuh ke tangan tengkulak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus