Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Siapa Mau Si Pijar Biru ?

Pertamina mencoba elpiji untuk bahan bakar mobil, tapi ternyata lebih mahal, karena selain harga elpiji mahal, masih ada peralatan yang harus ditambahkan ke tubuh mobil.

17 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU-baru ini, menjelang kenaikan harga BsM, Pertamina mengadakan percobaan LPG (Liquefied Petroleum Gas) sebagai bahan bakar mobil. Di antara bahan bakar yang ada, pemanfaatan LPG akan lebih diutamakan. "Karena ia keluar bersama minyak," kara Menteri Pertambangan dan Energi Subroto. Uji-coba LPG (populer dengan sebutan Elpiji) berlangsung di jalan bebas hambatan Jagorawi. Percobaan itu hendak membandingkan penggunaan bahan bakar bensin dan Elpiji. Percobaan si pijar-biru di Jagorawi itu dilaksanakan P›rtamina bekerjasama dengan PT Jaya Gas Indonesia, dealer Elpiji pertama. Data-data sementara yang diperoleh darl percobaan lapangan itu "menunjukka penggunaan LPG lebih efisien daripada bensin," begitu kata Ir. Ichsan, 41 tahun, Dir-Ut PT Jaya Gas Indonesia. Dari mobil Kijang (1166 cc) buatan 1978 diketahui 1 liter bensin menempuh jarak 10 km, sedangkan dengan 1 kilogram Elpiji mencapai 15 km. Lagipula Elpiji itu mengurangi racun yang menyembur dari knalpot. Selain di jalan mulus Jagorawi, percobaan itu akan dilanjutkan pula di daerah pegunungan. Hingga seluruh percobaan akan mencapai jarak tempuh 15 sampai 20.000 km. Kepala Divisi Pemasaran Dalam Negeri Pertamina, R.F. Lucas memperkirakan seluruh percobaan akan memakan waktu 1 tahun. Percobaan atau malahan penggunaan Elpiji untuk mobil sebenarnya bukan berita baru. Jepang sudah lama melakukannya. Taksi-taksi Belanda, menurut Lucas, sudah berseliweran dengan gas itu. Jadi uji-coba yang dilakukan sekarang ini, menurut Direktur Pembekalan Dalam Negeri Pertamina Joedo Sumbono, "untuk mengetahui penyesuaian apa yang diperlukan bagi penggunaan LPG pada mobil Indonesia yang beriklim tropis. " Menyita Bagasi Untuk waktu sekarang efisiensi Elpiji itu tidak dengan sendirinya mengakibatkan lebih murahnya penggunaan gas itu. Sebab harga Elpiji per kg Rp 270 (mungkin akan naik kalau ikut-ikutan menyesuaikan diri), sedangkan bensin super setelah dinaikkan 57% kini Rp 220/liter. Tingginya harga Elpiji ini karena produksinya yang masih kecil. Maklum penggunaannya baru terbatas pada kebutuhan rumahtangga dan bidang industri tertentu. Lagi pula rendahnya harga BBM karena tekanan subsidi (untuk tahun 1980/81 berjumlah Rp 828 mi Ivar). Selain mahalnya harga Elpiji adalagi yang membuat orang menolak untuk berpindah ke sana. Hingga menghalangi rencana penganeka-ragaman bahan bakar. Soalnya ke tubuh mobil masih harus ada peralatan yang ditambahkan. Pertama Carburetting conversion kit yang harganya sekitar Rp 800.000 plus satu tangki yang betul-betul aman seharga Rp 300.000. "Mana ada orang mau pakai sekarang," sahut Ir. Ichsan. Lagipula bagasi ikut disita untuk menempalkan tangki Elpiji.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus