Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Melirik Si Broiler

Anggota-anggota ppui, pt. cippendawa farm enterprise, pt. cha roen pokphand jaya farm, hadir dalam temu karya pengembangan usaha ayam broiler di jakarta. bisnis peternakan ayam pedaging kini menguntungkan.

17 Mei 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BETERNAK ayam pedaging (broiler) kini dianggap lebih menguntungkan. Hasilnya juga bisa dipetik lebih cepat. Dalam usia 7 minggu ayam pedaging sudah bisa dipasarkan, sedang ayam petelur baru dalam umur 5 bulan bisa bertelur. Keuntungan peternak ayam pedaging diperkirakan antara Rp 100 - Rp 150 per ekor tiap 7 minggu. Menghadapi prospek cerah ini pekan lalu di Hotel Hyatt Aryaduta Jakarta dilangsungkan Temu Karya Pengembangan Usaha Ayam Broiler. Acara ini dihadiri banyak peternak besar seperti PT Cipendawa Farm Enterprise milik pengusaha besar Probosutedjo dan PT Charoen Pokphand Jaya Farm, perusahaan modal asing dari Muang Thai. Juga hadir para peternak anggota Perhimpunan Per-Unggasan Indonesia (PPUI). Kebijaksanaan pemerintah, menurut Menteri Pertanian Sudarsono Hadisaputro, adalah mendorong usaha peternakan ayam pedaging. Tujuannya untuk mengurangi ancaman pada populasi sapi dan kerbau yang belakangan makin merosot. Daging ayam diharapkan bisa mengganti atau mengurangi konsumsi daging sapi dan kerbau. Harga daging ayam memang lebih murah, sekitar Rp 1.400/kg dibanding daging sapi yang Rp 2.500 di pasar Jakarta saat ini. Yang menjadi masalah bibit ayam pedaging saat ini sangat langka. Menurut Mansur Idham yang juga menjabat Sekjen PPUI, produksi bibit anak ayam broiler Indonesia saat ini sekitar 500.000 per minggu. Sedang yang dibutuhkan sekitar 800.000 per minggu. Sebagian besar produksi bibit itu disedot perusahaan-perusahaan besar, hingga para peternak kecil tidak kebagian. PT Cipendawa misalnya, yang dulu cuma memproduksi ayam pedaging bibit, menurut Mansur kini juga mengusahakan sendiri peternakan secara besar-besaran hingga mengurangi jatah produksi yang dijual ke luar. Rupanya menarik prospek ayam pedaging yang cerah ini banyak perusahaan peternakan besar yang tergiur. Keluh Hasan Nuntjik, peternak ayam dan pengurus PPUI amarinda yang pekan lalu mencari bibit ke PT Cipendawa: "Saya butuh 7.500.tapi diberi cuma 500 ekor." Keluhan yang sama disuarakan oleh Eddy Mapaliey, seorang peternak dari Desa Ponal, Kecamatan Gunung Sindur, Parung -- Bogor. "Saya tiap minggu butuh 4.000, tapi dapat cuma 1.000 ekor." Ketidakmampuan itu diakui pihak Cipendawa yang menghasilkan sekitar 375.000 bibit ayam pedaging tiap minggu. "Permintaan yang meningkat akhirakhir ini tidak mungkin tertanggulangi," kata seorang darl perusahaan Ini. DiJelaskannya, bar u setelah 2 tahun stok induk yang diimpor bisa menghasilkan ayam pedaging bibit. Mengimpor Penyakit Impor bibit ayam pcdaging ternyata dianggap kurang menarik. KPPUJ adalah salah satu koperasi yang telah menerima kredit Rp 100 juta dan diberi izin mengimpor bibit ayam pedaging. Rencana impor 400.000 ekor baru dilaksanakan 68.000, sebab terbentur soal harga. Karena dibebani bea masuk yang tinggi, harga jualnya tinggi hingga kurang menguntungkan. Untuk mengatasi ini akhir April lalu PPUJ telah mengajukan permohonan pada Ditjen Petemakan agar impor bibit broiler yang dilakukan koperasi dibebaskan dari bea masuk dan MPO. Pihak Cipendawa juga kurang setuju dengan impor bibit. "Impor itu sama saja dengan mengimpor penyakit. Selain harganya tinggi, mutu tidak terjamin dan kemurnian jenis yang dipesan patut diragukan," kata jurubicara perusahaan itu mengutip sikap Probosutedjo. Semua masalah ini tampaknya akan menghambat program pemerintah untuk meningkatkan produksi ayam pedaging seperti dicanangkan Menteri Pertanian. Menurut Mentan Sudarsono, sasaran produksi ayam pedaging dalam tahun 1980/1981 sekitar 15 juta ekor. Tiap tahun diharapkan ada peningkatan 20%.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus