BETERNAK ayam pedaging (broiler) kini dianggap lebih
menguntungkan. Hasilnya juga bisa dipetik lebih cepat. Dalam
usia 7 minggu ayam pedaging sudah bisa dipasarkan, sedang ayam
petelur baru dalam umur 5 bulan bisa bertelur. Keuntungan
peternak ayam pedaging diperkirakan antara Rp 100 - Rp 150 per
ekor tiap 7 minggu.
Menghadapi prospek cerah ini pekan lalu di Hotel Hyatt Aryaduta
Jakarta dilangsungkan Temu Karya Pengembangan Usaha Ayam
Broiler. Acara ini dihadiri banyak peternak besar seperti PT
Cipendawa Farm Enterprise milik pengusaha besar Probosutedjo dan
PT Charoen Pokphand Jaya Farm, perusahaan modal asing dari Muang
Thai. Juga hadir para peternak anggota Perhimpunan
Per-Unggasan Indonesia (PPUI).
Kebijaksanaan pemerintah, menurut Menteri Pertanian Sudarsono
Hadisaputro, adalah mendorong usaha peternakan ayam pedaging.
Tujuannya untuk mengurangi ancaman pada populasi sapi dan kerbau
yang belakangan makin merosot. Daging ayam diharapkan bisa
mengganti atau mengurangi konsumsi daging sapi dan kerbau. Harga
daging ayam memang lebih murah, sekitar Rp 1.400/kg dibanding
daging sapi yang Rp 2.500 di pasar Jakarta saat ini.
Yang menjadi masalah bibit ayam pedaging saat ini sangat langka.
Menurut Mansur Idham yang juga menjabat Sekjen PPUI, produksi
bibit anak ayam broiler Indonesia saat ini sekitar 500.000 per
minggu. Sedang yang dibutuhkan sekitar 800.000 per minggu.
Sebagian besar produksi bibit itu disedot perusahaan-perusahaan
besar, hingga para peternak kecil tidak kebagian. PT Cipendawa
misalnya, yang dulu cuma memproduksi ayam pedaging bibit,
menurut Mansur kini juga mengusahakan sendiri peternakan secara
besar-besaran hingga mengurangi jatah produksi yang dijual ke
luar. Rupanya menarik prospek ayam pedaging yang cerah ini
banyak perusahaan peternakan besar yang tergiur.
Keluh Hasan Nuntjik, peternak ayam dan pengurus PPUI amarinda
yang pekan lalu mencari bibit ke PT Cipendawa: "Saya butuh
7.500.tapi diberi cuma 500 ekor." Keluhan yang sama disuarakan
oleh Eddy Mapaliey, seorang peternak dari Desa Ponal, Kecamatan
Gunung Sindur, Parung -- Bogor. "Saya tiap minggu butuh 4.000,
tapi dapat cuma 1.000 ekor."
Ketidakmampuan itu diakui pihak Cipendawa yang menghasilkan
sekitar 375.000 bibit ayam pedaging tiap minggu. "Permintaan
yang meningkat akhirakhir ini tidak mungkin tertanggulangi,"
kata seorang darl perusahaan Ini. DiJelaskannya, bar u setelah 2
tahun stok induk yang diimpor bisa menghasilkan ayam pedaging
bibit.
Mengimpor Penyakit
Impor bibit ayam pcdaging ternyata dianggap kurang menarik.
KPPUJ adalah salah satu koperasi yang telah menerima kredit Rp
100 juta dan diberi izin mengimpor bibit ayam pedaging. Rencana
impor 400.000 ekor baru dilaksanakan 68.000, sebab terbentur
soal harga. Karena dibebani bea masuk yang tinggi, harga jualnya
tinggi hingga kurang menguntungkan. Untuk mengatasi ini akhir
April lalu PPUJ telah mengajukan permohonan pada Ditjen
Petemakan agar impor bibit broiler yang dilakukan koperasi
dibebaskan dari bea masuk dan MPO.
Pihak Cipendawa juga kurang setuju dengan impor bibit. "Impor
itu sama saja dengan mengimpor penyakit. Selain harganya tinggi,
mutu tidak terjamin dan kemurnian jenis yang dipesan patut
diragukan," kata jurubicara perusahaan itu mengutip sikap
Probosutedjo.
Semua masalah ini tampaknya akan menghambat program pemerintah
untuk meningkatkan produksi ayam pedaging seperti dicanangkan
Menteri Pertanian. Menurut Mentan Sudarsono, sasaran produksi
ayam pedaging dalam tahun 1980/1981 sekitar 15 juta ekor. Tiap
tahun diharapkan ada peningkatan 20%.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini