Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Sindir Budi Daya Ikan, Luhut: Jangan Tumbuk-tumbukkin dengan KKP

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menilai saat ini program pembangunan terkait budi daya ikan belum berjalan baik.

27 Mei 2019 | 22.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan bahwa saat ini program pembangunan yang berkaitan budi daya ikan belum berjalan baik. Menurut Luhut, perbaikan di sektor ini telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo atau Jokowi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: Faisal Basri Sebut Luhut, Enggar, dan Rini adalah Lemak di Kabinet Jokowi

"Karena itu, Presiden Jokowi telah meminta untuk bisa menyelesaikan hal ini. Dan meminta supaya negara ini bisa dikelola oleh para profesional yang paham di bidangnya," kata Luhut ditemui usai menggelar acara buka puasa bersama di Aula BPPT, Jakarta Pusat, Senin, 27 Maret 2019.

Menurut Luhut, persoalan budi daya perikanan yang masih belum banyak berjalan karena terbentuk dengan persoalan berbagai macam izin. Karena itu, Jokowi telah meminta supaya persoalan izin di sektor budidaya perikanan nantinya bisa dipercepat. Kendati demikian, Luhut tak membeberkan izin persoalan apa yang masih menjadi hambatan bagi budidaya perikanan.

Dalam kesempatan itu, Luhut juga meminta supaya hal ini tidak perlu ditabrakkan dengan kebijakan atau keberhasilan Kementerian Kelautan dan Perikanan selama ini. Ia mengatakan pemerintah, akan lebih banyak fokus untuk memperbaiki persoalan ini. "Sudahlah nggak usah ditumbuk-tumbukin, kami yang penting bicara perbaikan ke depan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sebelumnya menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia bisa mengungguli Cina sebagai produsen perikanan terbesar dunia. Melalui akun Twitter-nya, Susi Pudjiastuti menyebutkan bahwa saat ini Indonesia berada di peringkat kedua sebagai penghasil ikan terbesar dunia dengan kontribusi sebesar 12 persen. Sementara peringkat pertama ditempati Cina dengan kontribusi sebesar 41 persen.

“Saya percaya jika kita bisa mengatasi masalah Illegal, unreported, unregulated (IUU) fishing, Indonesia bisa menjadi nomor 1!” kata Susi Pudjiastuti seperti dikutip dari akun Twitter @susipudjiastuti, Selasa, 7 Mei 2019.

Lebih jauh Susi Pudjiastuti menjelaskan bahwa saat ini Indonesia merugi lantaran besarnya jumlah ekspor tak tercatat di sektor perikanan. Padahal, jika seluruh ekspor tak tercatat ini bisa ditindak, potensi Indonesia menjadi penghasil ikan nomor 1 dunia tak diragukan lagi.

Bahkan, menurut Susi Pudjiastuti , kebanyakan produk yang ada di Cina saat ini sebenarnya berasal dari aksi ekspor ilegal asal Indonesia. “Banyak impor (perikanan) Cina dari Indonesia juga yang unreported. Contohnya, mutiara. Jadi, sebetulnya kalau dihitung jujur, semua dilaporkan, itu Indonesia nomor 1,” katanya melalui pesan elektronik.

Dalam cuitannya Susi Pudjiastuti menyebutkan bahwa produksi perikanan Indonesia per 2016 mencapai 23,2 juta ton. Produksi ikan itu terdiri atas 6,584 juta ton produksi perikanan tangkap dan 16,616 juta ton produksi perikanan budi daya.

Data yang dirilis oleh Lembaga Pengawasan Produk dan Pasar Perikanan Uni Eropa (Eumofa)  itu juga mencatat bahwa Cina memegang predikat sebagai produsen utama global dengan capaian 81.529 juta ton. Produksi ikan itu terdiri atas 17,807 juta ton produksi perikanan tangkap dan 63,722 juta ton produksi perikanan budi daya.

Baca: Soal Impor Plastik, Susi Pudjiastuti Singgung Luhut Panjaitan

Data terakhir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan produksi perikanan tangkap Indonesia ada 2018 diestimasi mencapai 7,248 juta ton dan produksi perikanan budi daya mencapai hampir 17 juta ton. Dengan kata lain, produksi total perikanan dan kelautan Indonesia mencapai hampir 24 juta ton.

BISNIS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus