Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Singa podium menggalang asia

Wawancara Tempo dengan PM Jepang Toshiki Kaifu.Sikap dasar Jepang terhadap Asia. Sumbangan Jepang terhadap masalah Kamboja, situasi di Semenanjung Korea, dll. Sikapnya tentang Apec, investasi,dsb.

5 Mei 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERAWAKAN Toshiki Kaifu, 59 tahun, tidaklah jauh lebih tinggi dari pendahulunya, Noboru Takeshita. Kalau ada perbedaan mencolok, itu bisa terlihat pada saat mereka berbicara. Takeshita pendiam, tidak pintar ngomong, sementara Kaifu adalah singa podium. Kebolehan ini sudah tampak ketika ia masih menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Waseda, Tokyo. Di antara para jagoan tua yang menguasai cakrawala politik di Jepang, nama Kaifu hampir-hampir tidak bergema. Ia sempat dua kali memegang jabatan sebagai menteri pendidikan (dalam kabinet Fukuda dan Nakasone, 1976 dan 1985), tapi diperkirakan dari sana masih panjang jalan yang harus ditempuhnya untuk sampai ke posisi orang pertama. Malah ketika ia pertama kali ditunjuk sebagai PM, Kaifu oleh banyak orang lebih dianggap sebagai "juru selamat sementara", buat partai berkuasa LDP (Partai Demokratik Liberal) yang diamuk badai skandal Recruit dan skandal seks PM Sousuke Uno. Namun, di tengah berbagai kericuhan itu, kepemimpinan Kaifu berangsur-angsur memantapkan dirinya. Memang, LDP kalah besar dalam pemilu Majelis Tinggi, tapi berkat slogan kampanye "Anda Mau Kapitalisme atau Sosialisme" yang dilancarkan Kaifu, LDP mencatat kemenangan dalam pemilu Majelis Rendah, Februari baru lalu. Dari sini mulai terlihat kemampuan Kaifu menangani masalah-masalah serius, dan dari sini pula putra sulung pemilik studio foto itu mengembangkan popularitasnya. Menurut pengumpulan pendapat yang dilakukan harian terbesar Yomiuri Shimbun pertengahan April lalu, dukungan rakyat untuk PM Kaifu melonjak dari 38 persen menjadi 56,1 persen. Reputasinya di gelanggang internasional juga ikut terangkat. Dalam perundingan dengan Presiden AS George Bush, Kaifu mencapai kesepakatan mengenai SII (Structural Impediments Initiative) seraya berhasil meredakan friksi di Kongres AS, yang menyangkut masalah perdagangan kedua negara. Ada kesan kuat bahwa Kaifu juga punya kebolehan di bidang diplomasi, lagi satu faktor yang sangat menentukan dewasa ini, khususnya ketika Jepang sedang merebut kepemimpinan ekonomi dunia. Ini bukan hal yang mudah, apalagi AS -- yang dulu adalah sekutu dan sobat kental -- kini cenderung menganggap Jepang sebagai musuhnya. Sementara itu, Masyarakat Eropa sibuk membentengi diri -- dan bukan tidak mungkin sekali waktu kelak bersaingan dengan Jepang dalam hal menanamkan pengaruh di Eropa Timur. PM Toshiki Kaifu melihat dunia dan Jepang yang berubah, dengan tatapan jeli. Awal tahun 1990, ketika gejolak keruntuhan sosialisme di Eropa Timur belum sepenuhnya reda, ia sudah berkunjung ke sana dan menawarkan bantuan ekonomi US$ 1,95 milyar. Sejumlah negara di Asia yang mulai mempertanyakan komitmen Jepang karena Kaifu toh memerlukan berkunjung ke empat negara Asia Selatan (India, Pakistan, Bangladesh, Sri Lanka) dan Indonesia, yang dimulai Sabtu pekan silam. Khusus untuk perjalanan ini, Kaifu memilih tema "Jepang di dalam Asia", yang cukup mengisyaratkan betapa masih pentingnya kawasan Asia untuk raksasa ekonomi itu. Dan sehari sebelum PM Jepang ini bertolak ke India, ia sempat mengirim jawaban tertulis untuk beberapa pertanyaan yang dikemukakan secara tertulis oleh Seiichi Okawa, Kepala Biro TEMPO di Tokyo. Di bawah ini, wawancara itu kami turunkan selengkapnya. Meskipun situasi internasional berada pada titik balik sejarah, dengan perubahan dramatis di Eropa dan peredaan ketegangan (detente) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, di Asia tidak banyak dicapai kemajuan antara negara atau pihak-pihak yang bersengketa. Apa sikap dasar Jepang terhadap Asia? Bagaimana sumbangan Jepang terhadap masalah Kamboja, situasi di Semenanjung Korea dan gerakan demokratisasi di Cina? Pertama, sebagai sebuah negara Asia, Jepang menjadikan perdamaian dan stabilitas Asia sebagai pilar yang penting dalam kebijaksanaan politik luar negerinya. Dan secara aktif, kami telah mengembangkan pertukaran kerja sama ekonomi dan kebudayaan dengan negara-negara Asia lainnya. Meskipun situasi di Eropa, termasuk pula perubahan-perubahan dalam hubungan Timur-Barat, belum mempunyai dampak aktual di Asia, kami sangat berharap bahwa suasana dialog dan kerja sama dalam hubungan internasional yang sedang bangkit akan mengimbas (spill over) juga ke Asia, dan memungkinkan terciptanya perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. Kedua, Jepang, yang kini telah menjadi kekuatan ekonomi yang besar, bermaksud melakukan apa saja yang dapat dilakukan, bukan saja secara ekonomi, melainkan juga dalam hal semangat kerja sama untuk perdamaian, untuk peredaan ketegangan di kawasan ini, serta untuk memecahkan isu-isu politik yang secara langsung punya dampak bagi perdamaian dan stabilitas. Ketiga, dalam masalah Kamboja, karena kami menyadari bahwa hal ini merupakan rintangan terbesar bagi perdamaian dan stabilitas Asia Tenggara, secara positif Jepang telah menyumbangkan beberapa upaya pemecahan dan perdamaian yang komprehensif. Sekaligus, begitu perdamaian telah disepakati, kami siap mempertimbangkan dukungan aktif, baik secara finansial maupun dengan mengirimkan para pakar kami. Sementara itu, kendati kami melihat bahwa masalah-masalah di Semenanjung Korea, secara mendasar dapat dipecahkan dengan dialog langsung antara para penguasa Korea Utara maupun Selatan, Jepang juga siap melakukan apa yang dapat dilakukannya. Termasuk memperbaiki kontak-kontak dengan Korea Utara, menciptakan iklim yang baik untuk mengembangkan dialog ini. Sejauh yang menyangkut Cina, kebijaksanaan luar negeri Jepang sudah lama dan secara konsisten telah menekankan pentingnya hubungan yang baik dan mantap dengan negara itu. Di pihak lain haruslah diakui bahwa hubungan tersebut masih perlu sepenuhnya dipulihkan setelah insiden Tiananmen tempo hari. Namun, kami percaya bahwa bukanlah hal yang terbaik bagi kepentingan bangsa Asia atau bahkan perdamaian dan stabilitas dunia, jika Cina mengisolasi diri dari masyarakat internasional. Kami berharap bahwa upaya-upaya yang dilakukan kedua belah pihak secara berangsur-angsur akan berhasil memperbaiki hubungan kami dengan Cina. Mengenai kerja sama ekonomi politik Asia Pasifik, bangsa-bangsa ASEAN prihatin babwa kerja sama ekonomi yang baru itu akan terbentuk di bawah kendali negara-negara maju. Apakah Jepang sepakat dengan kerja sama ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang dipimpin oleh ASEAN? APEC masih dalam tahap pembentukan. Dan telah disepakati bahwa ia akan melengkapi hubungan dialog dan kerja sama antara ASEAN dan para mitranya di luar kawasan itu. Bagaimanapun juga saya sepenuhnya menyadari bahwa APEC dapat melumerkan makna dan arti penting ASEAN. Jepang percaya bahwa kerja sama Asia-Pasifik akan diluncurkan atas dasar konsensus yang dicapai di antara seluruh peserta, termasuk pula negara-negara ASEAN. Kami menaruh perhatian khusus terhadap pandangan negara-negara ASEAN dalam upaya ini. Dengan bangkitnya kesadaran terhadap masalah lingkungan global, peranan Jepang di dalam mempertahankan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan dipertanyakan. Sebagai investor terbesar di kawasan ini, apa sikap Jepang terhadap pencemaran lingkungan dan penggundulan hutan di Asia Tenggara? Masalah lingkungan global merupakan soal penting, yang mempengaruhi hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia di planet ini. Dan saya percaya, penting sekali bagi seluruh manusia di mana saja baik yang tinggal di negara industri maupun negara berkembang, baik yang berada di sektor swasta maupun pemerintah untuk melakukan upaya yang sepenuhnya bersungguh-sungguh dalam memecahkan masalah ini. Karena Jepang sendiri telah mengalami penderitaan akibat pencemaran serius, dan telah berupaya mengurangi bagian terbesar pencemaran ini, saya percaya bahwa Jepang punya peranan yang dapat dimainkan dalam memecahkan masalah-masalah tersebut begitu ia menyebar ke seluruh dunia, atau malah sebelumnya. Menyadari bahwa Asia Tenggara dan negara-negara berkembang lainnya mempunyai kebutuhan pembangunan yang hampir tak terhingga, Jepang telah lama berusaha meningkatkan upaya bantuan pembangunan resmi (Official Development Assistance, ODA)-nya, dan sebaliknya berupaya mendukung pembangunan ekonomi negara-negara ini. Kami bermaksud melanjutkan membantu menjawab kebutuhan pembangunan mereka. Di pihak lain kami juga menyadari bahwa pembangunan ekonomi, sampai batas tertentu, mempunyai dampak yang tak terelakkan terhadap lingkungan. Kami percaya bahwa penting untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan di dalam proses pembangunan. Jadi, Jepang bermaksud menyumbang bagi penciptaan kerangka kerja internasional yang sesuai, untuk menghimpun pengetahuan ilmiah yang diperlukan, untuk menyingkirkan berbagai rintangan dengan terobosan teknologi dan dengan meningkatkan bantuan bilateral dan multilateral di bidang lingkungan hidup (di sini kami bermaksud memperluas bantuan lingkungan kami dengan target jumlah total kira-kira 300 milyar yen untuk periode tiga tahun, dari 1989 sampai 1991), dan melakukan apa pun yang dapat kami lakukan untuk melindungi lingkungan hidup dunia. Mempertimbangkan secara spesifik masalah-masalah lingkungan hidup yang dihadapi Asia Tenggara, kawasan ini telah lama merupakan daerah prioritas bagi bantuan pembangunan Jepang. Kami telah mengirimkan misi-misi lingkungan hidup kami, dan melakukan sejumlah langkah lainnya untuk mengidentifikasikan dan menerapkan proyek-proyek bantuan lingkungan hidup yang bermanfaat. Dalam seluruh kerja sama ini, kami menekankan pelestarian sumber-sumber hutan tropis dan hutan lainnya, serta penelitian di kawasan ini, serta dalam meningkatkan kemampuan negara-negara berkembang untuk menanggulangi masalah-masalah lingkungan hidup mereka sendiri. Dalam menerapkan bantuan, kami juga telah melakukan berbagai upaya untuk lebih menekankan pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Jepang memandang pemecahan masalah-masalah lingkungan hidup dunia sebagai hal yang mutlak, terutama bagi sisa abad ini dan abad ke-21. Dan kami sungguh-sungguh bermaksud melanjutkan dan meningkatkan upaya-upaya kami di dalam bekerja sama dengan negara-negara lain di dunia. Baik pemerintah maupun swasta Jepang berupaya sepenuh daya, untuk memenuhi tuntutan atas perlindungan serta pelestarian lingkungan sedunia. Pemerintah Soeharto memasuki tahun ke-25, Maret lalu. Bagaimana pendapat Anda mengenai pemerintah yang berusia seperempat abad ini? Diskusi-diskusi aktif tengah berlangsung di Indonesia mengenai suksesinya. Pendapat Anda? Indonesia telah berkembang di bidang ekonomi dan juga mencapai stabilitas politik. Indonesia mempunyai wilayah terluas dan penduduk terbesar di kawasan ASEAN. Pembangunan dan stabilitasnya banyak menentukan stabilitas dan kemakmuran kawasan tersebut. Indonesia juga sekaligus mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Jepang. Hubungan ini bukan sekadar dalam bidang ekonomi, melainkan mencakup spektrum kepentingan yang cukup luas. Dan kedua negara ini sekarang menikmati hubungan yang paling bersahahat dan kooperatif yang pernah mereka jalin. Presiden Soeharto adalah pemimpin yang terkemuka, dan saya yakin bahwa rakyat Indonesia akan menentukan pilihannya yang terbaik setelah tahun 1993 itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus