Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Sri Lanka Krisis Utang, Sri Mulyani Beberkan Bedanya dengan Kondisi RI

Sri Mulyani Indrawati menilai ada perbedaan yang cukup jauh saat membandingkan kondisi Indonesia dengan Sri Lanka yang tengah mengalami krisis utang.

20 April 2022 | 16.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menkeu Sri Mulyani memberikan keterangan pers terkait laporan APBN 2019 di Jakarta, Selasa 7 Januari 2020. Menkeu menyatakan realisasi APBN 2019 masih terarah dan terkendali meskipun terjadi defisit sebesar Rp353 triliun atau sebesar 2,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai ada perbedaan yang cukup jauh saat membandingkan kondisi Indonesia dengan Sri Lanka yang tengah mengalami krisis utang. Menurut dia, pembiayaan utang Indonesia justru menurun dari tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Per Maret Maret 2022, kata Sri Mulyani, pembiayaan utang dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mencapai Rp 149,6 triliun. Angka itu terdiri atas penerbitan surat berharga negara (SBN) Rp 133,6 triliun dan pinjaman Rp 16 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bila dibandingkan dengan periode serupa tahun lalu, total pembiayaan utang itu turun 55,6 persen. Pada Maret 2021, tercatat pembiayaan utang sebesar Rp 336,9 triliun.

Sri Mulyani menjelaskan pemerintah terus menyesuaikan strategi pembiayaan, di antaranya dengan menurunkan target lelang SBN, menggeser global bonds, dan sejumlah strategi lainnya.

Hal-hal itu yang kemudian menunjukkan bahwa kondisi Indonesia berbeda dengan Sri Lanka yang tengah mengalami krisis akibat utang. Meski begitu, Indonesia sering dibandingkan dengan kondisi Sri Lanka, di antaranya karena adanya utang ke Cina.

Sri Mulyani memastikan bahwa pemerintah sangat berhati-hati dalam mengelola pembiayaan utang. Bahwa kemudian banyak pihak sering membandingkan kondisi Sri Lanka dan Indonesia, bendahara negara tersebut yakin kondisi Indonesia jauh lebih baik.

"Dalam hal ini kita melihat kondisi APBN Indonesia jauh sangat berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh negara seperti Sri Lanka," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu, 20 April 2022.

Lebih jauh, Sri Mulyani membeberkan bahwa kondisi pasar SBN dan pasar uang cenderung tertekan oleh inflasi, dampak konflik geopolitik, dan capital outflow. Tapi Indonesia disebut mampu menciptakan ketahanan APBN dengan kondisi kas yang cukup.

Pasar keuangan Indonesia yang volatile pun, menurut dia, tidak harus dipaksa untuk dilakukannya pembiayaan APBN. Sri Mulyani menilai hal tersebut merupakan strategi yang sangat pas dan sesuai.

"Dengan demikian, APBN mendapatkan reputasi dan kredibilitas yang baik, terutama kalau kita lihat baik para investor ritel maupun besar institusionalnya mereka semuanya memiliki kepercayaan, rating agency juga memberikan konfirmasi," ucap Sri Mulyani. "Ini adalah salah satu tren perbaikan dan penguatan APBN yang harus terus kita jaga."

BISNIS

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus