Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa ASEAN sebagai organisasi harus bisa mengakomodasi negara anggota yang kalah akibat perubahan ekonomi global. Dia mengatakan tugas yang paling penting untuk ASEAN adalah menyusun platform yang baik bagi setiap negara anggota untuk berpartisipasi, membuat kemajuan yang sama, kemajuan yang kuat menuju kemakmuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini bukan hanya liberalisasi demi liberalisasi itu sendiri, (atau) mengurangi hambatan pada hambatan tarif atau non-tarif. Kita juga harus belajar dari apa yang sebenarnya terjadi di negara-negara maju, bahwa Anda juga perlu mengatasi masalah 'si kalah'," kata Sri Mulyani seperti dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, 13 September 2018.
Pernyataan tersebut disampaikan Sri Mulyani saat melakukan sesi wawancara dengan The Straits Time di sela-sela acara World Economic Forum atau WEF untuk ASEAN di Hanoi, Vietnam pada Rabu, 12 September 2018.
Mantan direktur pelaksana Bank Dunia ini juga menyampaikan pentingnya ASEAN sebagai organisasi membentuk jaring pengaman bersama. Dengan keberadaan jaring pengaman ini bisa memungkinkan negara yang tertinggal secara ekonomi bisa ikut mengejar.
Sri Mulyani juga menyinggung mengenai transformasi ekonomi yang juga dipengaruhi oleh perubahan teknologi. Kondisi itu, kata dia, juga telah memperlebar jurang pemisah antara yang kaya dan tidak punya. Oleh karena itu, ia berharap ASEAN mau terlibat untuk memikirkan integrasi dan strategi macam apa yang bisa mengurai atau meminimalisir persoalan ini.
Mengenai hal ini, Sri Mulyani mencontohkan langkah Indonesia yang terlibat di dalam proses membuat kemajuan bersama tersebut. Para pembuat kebijakan di Indonesia, kata Sri Mulyani, semakin mempercepat apa yang diperlukan untuk mendukung wirausahawan ekonomi baru.
Misalnya, Sri Mulyani mencontohkan seperti startup perusahaan pembayaran dan pembayaran digital Go-Jek yang juga meluncurkan operasinya di Hanoi sebagai Go-Viet.
Sri Mulyani pun mengaku bahwa pemerintah selama ini tidak berpura-pura bahwa pihaknya tahu segalanya. "Kami belajar dari orang lain. Kami menyesuaikan. Kami mendengarkan, kami terlibat dan kami berkomunikasi sehingga kami akan selalu dapat menyesuaikan kebijakan dengan cara yang positif," ujarnya.