Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kekuatan Pemengaruh Nano

Platform Partipost menghubungkan pemilik produk dengan pemengaruh di media sosial. Dalam waktu lima tahun berhasil membuat lebih dari 10 ribu kampanye pemasaran.

17 Desember 2022 | 00.00 WIB

Founder Partipost (dari kiri) Jonathan Eg, Benyamin Ramil dan Tony Jen. partipost.com
Perbesar
Founder Partipost (dari kiri) Jonathan Eg, Benyamin Ramil dan Tony Jen. partipost.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

MENINGKATNYA jumlah pengguna media sosial mendorong platform influencer marketing, Partipost, melebarkan sayapnya dari Singapura ke Indonesia pada 2020. Berdasarkan data perusahaan rintisan yang menghubungkan produsen dengan pemengaruh tersebut, sebanyak 190 juta warga Indonesia menghabiskan waktu tiga jam per hari di media sosial. Selain itu, sekitar 81 persen pengguna Internet melakukan riset sebelum memutuskan membeli produk.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

“Saya melihat platform ini sebagai inovasi yang bagus untuk menghubungkan antara brand dan influencer,” kata co-founder dan Head of Indonesia Partipost, Benyamin Ramli, kepada Tempo saat ditemui pada 8 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia menjelaskan, Partipost berdiri di Singapura pada Januari 2017. Hanya berselang beberapa bulan kemudian, Partipost berekspansi ke Indonesia. Cara kerja platform ini adalah menjembatani produsen atau pemegang merek dengan pemengaruh alias influencer dari berbagai kategori dalam jumlah besar dan cepat. Dari nano influencer hingga macro influencer.

Partipost percaya, ucap Ben, semua orang pada dasarnya adalah pemengaruh, termasuk para pengguna Partipost yang berasal dari kalangan masyarakat “biasa”. Orang-orang semacam ini biasanya hanya memiliki sedikit teman atau pengikut di media sosial. Meski begitu, pengaruhnya ke lingkaran pertemanannya justru kuat karena dianggap lebih tepercaya. Mereka inilah yang disebut sebagai nano influencer.

Sebanyak 89 persen masyarakat Indonesia menyatakan akan membeli produk setelah direkomendasikan oleh teman. Di sini nano influencer lebih tepercaya karena pengikut mereka adalah orang-orang dekat yang berinteraksi setiap hari,” ujarnya.

Nano influencer bekerja dengan cara mencoba sebuah produk dan membagikan pengalamannya di media sosial. Para pemengaruh ini pun bisa merekomendasikan produk kepada teman yang membutuhkan. “Hal itulah yang menjadi alasan kami masih berfokus pada nano influencer, yang pengikut mereka hanya sekitar 200 orang. Mereka berpotensi besar menghasilkan keterikatan dengan konsumen.”

Kemampuan pemasaran para pemengaruh ini, dari nano hingga makro, makin kuat lantaran satu pemengaruh biasanya menggunakan lebih dari satu platform media sosial. Menurut Ben, pemengaruh umumnya membutuhkan waktu 3-5 bulan untuk memberikan hasil promosi yang maksimal.

Situs web Partipost.com

 

Ben berujar Partipost akan membantu pemilik merek menemukan pemengaruh yang cocok dengan produk mereka. Macro influencer dibutuhkan untuk meningkatkan kesadaran merek, sedangkan nano influencer diperlukan buat mempromosikan pengalaman memakai sebuah produk dan mengajak konsumen membeli.

“Setiap pemengaruh memiliki strategi pemasaran yang berbeda sehingga menjadi kampanye pemasaran yang sangat efektif,” kata Ben.

Pemengaruh di Partipost hanya perlu mengikuti instruksi dari pemegang merek, seperti membeli produk, mengambil foto atau video, dan mempromosikan merek tersebut dengan mengunggah pengalamannya di media sosial. Setelah itu, pemengaruh mendapatkan komisi atas promosi yang telah mereka lakukan.

Ide Partipost ternyata diterima oleh pelaku usaha ataupun pengguna Internet. Dalam waktu singkat, Partipost berhasil mendapatkan 850 ribu pemengaruh dan bekerja sama dengan lebih dari 3.500 merek untuk membuat lebih dari 10 ribu kampanye pemasaran.

Aldila Rohman, salah satu nano influencer Partipost, menceritakan pengalamannya mempromosikan sebuah produk. Bergabung sejak Juni 2020, Aldila mengaku telah mengantongi komisi jutaan rupiah. Dia mengatakan mendapatkan honor minimal Rp 250 ribu untuk satu kali promosi. “Setiap merek membayar dengan harga yang berbeda, tergantung media sosial mana yang mereka mau,” ujar Aldila.

ERLITA NOVITANIA AWALIANDA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus