Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga 25 basis poin menjadi 3,75 Persen. Hal itu karena pertimbangan ada kecenderungan tren harga komoditas mulai menurun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini artinya supply untuk cadangan devisa bisa terganggu," kata Bhima saat dihubungi pada Selasa, 23 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemudian, kata dia, alasan BI bakal menaikkan suku bunya acuan sebagai ancang-ancang menjaga inflasi. Hal itu karena dikhawatirkan pemerintah tetap bersikeras ancang-ancang untuk menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar.
"Perkiraan kalau pertalite naik 30 persen dan solar juga naik 30 persen harganya, maka akan ada inflasi bisa di atas 7 persen dan itu mungkin langkah preventif adalah dengan menaikkan suku bunga sekarang," kata dia.
Di sisi lain, kata dia, BI juga perlu melakukan mitigasi dampak naiknya suku bunga ini kepada pertumbuhan kredit, terutama untuk sektor UMKM yang baru pulih atau masih proses pemulihan. Juga dampak kredit konsumsi, termasuk KPR yang nanti akan sangat sensitif terhadap tingkat kenaikan suku bunga.
"Pertimbangan terkait dengan inflasi ini juga perlu ya memperhitungkan bahwa inflasi disebabkan oleh sisi supply atau sisi pasokan, sementara permintaan masyarakat masih rendah," kata dia.
Adapun Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pukul 14.00. Dalam hasil RDG BI, suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (BI7DRR) merupakan yang menjadi perhatian para pelaku pasar.
HENDARTYO HANGGI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini