Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Manajemen Risiko PT PLN (Persero), Suroso Isnandar membeberkan PLN mungkin mengalami kekurangan kargo gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) tahun depan, dari jumlah kebutuhan yang mencapai 96 kargo. Sedangkan, kata Suroso, besaran produksi sudah dialokasikan untuk tahun ini. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tahun ini mengalokasikan 76 kargo LNG untuk PLN.
“Tahun depan, mau tidak mau, kebutuhan PLN mencapai 96 kargo LNG. Sementara produksi kita sudah dialokasikan sehingga PLN ada kemungkinan kekurangan kargo LNG di tahun depan,” ujarnya di acara Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025 pada Selasa, 10 Desember 2024 di Raffles Hotel, Jakarta Selatan.
PLN merancang program accelerated renewable energy development (ARED) untuk mewujudkan transisi energi selama periode 2025 – 2040. Melalui ARED, PLN merencanakan 75 persen energi baru terbarukan dan 25 persen gas untuk mengurangi emisi.
Dalam 15 tahun ke depan, PLN akan menambahkan kapasitas pembangkit sebesar 102 gigawatt. Dari jumlah itu, 75 gigawatt berasal dari energi terbarukan. Rinciannya mencakup 15 gigawatt tenaga angin, 27 gigawatt solar, 25 gigawatt tenaga air, dan 32 gigawatt hour (GWh) sistem penyimpanan energi baterai (BESS).
Di antara bauran energi terbarukan itu juga terdapat tujuh gigawatt energi panas bumi atau geothermal dan satu gigawatt biomassa. PLN juga akan membangun additional renewable baseload, yang berfungsi sebagai pembangkitan sumber energi baru terbarukan, dengan kapasitas 33 gigawatt dan membutuhkan dana AS$80 miliar dalam 15 tahun ke depan. Kemudian, PLN juga memerlukan AS$33 miliar untuk membangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) dengan kapasitas 22 gigawatt.
Sementara, untuk pembangunan tambahan Variable Renewable Energy (VRE) – sumber energi terbarukan yang ketersediaannya tergantung pada cuaca, seperti angin dan solar – PLN mengeklaim butuh dana AS$43 miliar. Berdasarkan program ARED PLN, sumber energi batu bara sudah sama sekali tidak digunakan. Walaupun masih ada gas, dengan PLTG berkapasitas 22 gigawatt. Suroso mengeklaim, “Tapi gas itu emisinya kurang lebih separuh, bahkan sepertiga, dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Ini yang akan kita kejar.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Volume Lalu Lintas Diprediksi Meningkat selama Nataru, Jasa Marga Tambah Lajur di Tiga Ruas Tol
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini