Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mendukung pernyataan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang menyebut program makan siang gratis mampu meningkatkan prestasi belajar bagi anak-anak di sekolah. "Di banyak negara maju, kalau bicara makan siang gratis maka memang tujuannya meningkatkan prestasi belajar," kata Dicky saat dihubungi Tempo, Kamis, 9 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Dicky sempat mengkritik ketika program unggulan presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto itu ditujukan untuk mengentaskan stunting. Namun sekarang, Dicky menilai program makan siang gratis bisa memberikan dampak positif jika memang ditujukan untuk mendukung kecerdasan akademik, pertumbuhan mental, dan kesehatan fisik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dicky juga menilai bahwa menargetkan siswa PAUD dan SD menjadi sasaran program makan siang gratis sudah tepat. "Kalau targetnya saya sepakat. Tentu, nanti harus tetap dievaluasi dan disesuaikan dengan kemampuan," ujarnya.
Lebih lanjut, Dicky juga menanggapi bujet makan siang gratis sebesar Rp 20 ribuan per anak. Dia membandingkan dengan anggaran makan siang sebesar US $ 2-3 di sejumlah negara maju. "Kalau di Indonesia mungkin ada variasi. Tapi secara umum untuk Rp 20 ribu bisa lah," tuturnya.
Sebelumnya, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan (PMMK) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amich Alhumami menyebut program makan siang gratis tidak ditujukan untuk memulihkan kondisi kesehatan anak penderita stunting. Menurutnya, indikator keberhasilan program makan siang gratis adalah peningkatan prestasi belajar.
"Makan siang gratis itu tidak bisa dikaitkan dengan stunting. Menangani stunting di usia anak sekolah itu terlambat," kata Amich kepada Tempo saat ditemui di kantornya, Selasa, 7 Mei 2024.