Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Celios Perkirakan Dana Makan Bergizi Gratis Bisa Bocor Hingga Rp 8,5 Triliun Bila Prosesnya Tak Transparan

Risiko kerugian ini muncul dari beberapa hal, mulai dari inefisiensi pengelolaan MBG hingga peluang korupsi.

24 Januari 2025 | 03.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah siswa bersiap menyantap makanan dari pembagian Makan Bergizi Gratis (MBG) di SDN 004 Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur, 20 Januari 2025. ANTARA/M Risyal Hidayat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Center for Economics and Law Studies (Celios) memperkirakan anggaran makan bergizi gratis (MBG) bisa bocor hingga triliunan rupiah jika tata kelolanya tidak transparan. Risiko kerugian ini muncul dari beberapa hal, mulai dari inefisiensi pengelolaan MBG hingga peluang korupsi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan komunikasi dan transparansi dalam pengelolaan MBG masih bermasalah. Menurut dia, Badan Gizi Nasional (BGN) belum menjadi otoritas tunggal dalam program MBG. Padahal lembaga ini bertanggung jawab memberi arahan soal program usungan Presiden Prabowo Subianto tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Seharusnya semua (koordinasi) dalam satu platform yang dikelola oleh BGN," katanya dalam diskusi dengan awak media di wilayah Cikini, Jakarta Pusat pada Kamis, 23 Januari 2025.

Pengelolaan yang tidak transparan, diperparah inefisiensi logistik, bisa memunculkan kerugian. Terlebih, anggaran pelaksanaan MBG hingga lima tahun ke depan sangat besar. "Dengan anggaran Rp 71 triliun, ada potential loss Rp 8,5 triliun," ucap Bhima. Namun dia belum merincikan perhitungan potensi rugi tersebut.

Proses persiapan MBG juga dianggap belum optimal jika dibandingkan dengan besarnya anggaran yang digelontorkan oleh pemerintah. Pengadaan barang dan jasa, kata Bhima, cenderung lamban dan kurang diawasi.

“Tidak melalui proses pengadaan jasa yang baik, bahkan sebagian menggunakan uang pribadi pejabat. Di situ potensi kebocoran-kebocoran dari MBG berasal,” tutur dia.

Bhima juga mengkritik proses penyaluran makanan ke sekolah-sekolah yang belum efisien karena masih sentralistik melalui dapur-dapur umum. Biaya pengiriman makanan dari dapur umum cenderung besar, apalagi dengan adanya ratusan sekolah yang harus dijangkau.

Salah satu solusi yang bisa dicoba, Bhima meneruskan, adalah melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta kantin di sekolah-sekolah. Skema ini dianggap bisa menekan pengeluaran untuk MBG. “Dia (sekolah) langsung menyalurkan. Bukan dengan kemudian disentralisir di dapur-dapur umum," katanya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus