Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tarifnya bukan jam-jaman

Hanya mengandalkan perangkat lunak tapi bisa meraih untung banyak, itulah konsultan properti. grup salim dan dharmala tergiur pula.

27 Juni 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISNIS properti adalah lahan yang mengandalkan aset berupa tanah dan bangunan. Gerak pertumbuhannya melalui ruang perkantoran dan perumahan kelas menengah atas cepat menular ke negaranegara berkembang. Indonesia ikut terbawa derap laju bisnis itu. Syahdan, ketika bisnis ruang perkantoran tibatiba lesu akibat politik uang ketat, perumahan menengah atas masih terus berkembang. Tak heran kalau bermunculan konsultan properti. Dan konsultan yang semula berkonsentrasi pada ruang perkantoran dan apartemen mewah, seperti Jones Lang Wootton, kini ikut merambah ke perumahan. Diperlukan kiat khusus untuk menghadapi persaingan itu, terutama bagi pendatang baru di bidang konsultan properti, seperti PT ERA Graharealty perusahaan konsultan properti hasil kerja sama Grup Dharmala dengan ERA (Electronic Realty Associates) AS. Di sini ERA mengembangkan diri melalui sistem franchise yang mendapat dukungan Bank Dharmala. Dalam prakteknya, siapa saja yang berminat menjadi perpanjangan tangan ERA di sini (sebagai konsultan pemasaran rumah maupun ruang perkantoran) akan dipinjami modal kerja sampai Rp 200 juta oleh Bank Dharmala. Memorandum of understading antara ERA dan Bank Dharmala ditandatangani Rabu dua pekan silam. ERA Indonesia memang layak menggunakan strategi itu, supaya bisa meluaskan jaringan operasi tanpa beban overhead cost. Kiat itu ternyata berhasil membuat ERA berdiri di AS tahun 1971 cepat berkembang. Adapun saingan ERA adalah para konsultan properti yang sudah malangmelintang sejak dulu. PT Procon Indah, misalnya, yang berdiri tahun 1980 di Jakarta. Perusahaan ini berafiliasi dengan Jones Lang Wootton, konsultan properti yang berakar di London sejak akhir abad ke18. Atau PT First Pacific Davies Indonesia (FPDI), salah satu perusahaan di dalam lingkungan Grup Salim (di bawah panji First Pacific Holding Ltd., Hong Kong). Memang, baru Januari tahun lalu FPDI berdiri di Jakarta. Tapi induknya, yang sudah beroperasi sejak 10 tahun lalu, cukup berpengaruh dalam bisnis properti di Asia Tenggara. "Kami memang punya asosiasi di AS dan Eropa, tapi konsentrasinya di Asia Tenggara," kata Direktur FPDI Hugh J.N. Obbard kepada TEMPO. Secara umum, mereka meringankan beban kerja para pemilik/pengelola gedung atau developer perumahan dalam soal pemasaran. Dan karena perkara jualbeli atau persewaan ruangan memerlukan sejumlah informasi dan persyaratan pendukung lainnya, maka diperlukan konsultan properti. Merekalah yang menguasai pasar berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan informasi. Bahkan para konsultan itu umumnya memberikan jasa penilaian atas suatu bangunan, untuk dicatat sebagai aset dalam pembukuan pemilik gedung dan demi kepentingan perhitungan setiap transaksi. Para developer lantas membayar mereka, sebagian berdasarkan fee yang dihitung dari hasil penjualan. "Kami tidak seperti pengacara yang tarifnya dihitung jamjaman," kata Hugh Obbard. Kendati demikian, FPDI berhasil memiliki turnover sampai US$ 1 juta. Sedangkan induknya di Hong Kong mencatat turnover US$ 2 milyar. Biro Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus