Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Samarinda – Banjir kembali melanda Kota Samarinda Kalimantan Timur sepekan ini. Banjir turut menggenangi persawahan warga di Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, pada Sabtu 18 Januari 2020. Akibatnya, sembilan kelompok tani mengalami gagal panen karena sawahnya terendam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padi yang telah ditanam pada bulan November dan Desember tahun lalu ini sebenarnya sudah hampir panen. Namun, luapan air waduk Benanga meluap dan membuat petani merugi ratusan juta rupiah. Sawah seluas 300 hektar itu direndam banjir dengan ketinggian air sekitar 1 sampai 2 meter.
Ngadimin (82) Ketua Kelompok Tani Panca Usaha mengatakan, sebagian besar kelompok tani sudah menanam bibit padi dan ada yang baru menyemai dan ada pula yang baru mengolah atau membajak.
Jarak Bendungan Benanga dan sawah berkisar dua kilometer. Jika aliran normal, bendungan itu menyuplai air melalui Irigasi persawahan. "Kami tidak berbuat apa-apa selain pasrah," ungkap Ngadimin saat ditemui.
Dengan kondisi demikian, petani hanya pasrah menunggu air surut untuk kembali turun ke sawah. Namun dia mengatakan, tak ada lagi modal untuk membeli bibit dan kebutuhannya lainnya lantaran sudah merugi. "Setiap empat bulan sekali, kita panen. Tapi musim ini sudah gagal," kata Ngadimin.
Gagal panen ini, kata dia bukan hal baru. Kondisi demikian sering dialami petani di wilayah itu. Setiap kali hujan deras dengan durasi waktu yang cukup panjang bendungan kerap meluap. Tapi saat musim panas stok air di bendungan justru minim. Menurut petani, sedimentasi di bendungan Benanga sudah sangat parah.
Sementara itu Sabran (55) Ketua Kelompok Tani Tunas Muda menambahkan, kondisi Bendungan Benanga sudah tak kondusif bagi pertanian warga sekitar dan sistem irigasi sawah. Pasalnya, sedimentasi yang ada di waduk tersebut sudah terlalu tinggi. Saat hujan, waduk tak bisa menampung air hingga banjir pun meluap ke sawah petani.
Namun, di saat musim panas sawah petani justru mengalami kekeringan karena daya tampung air yang sedikit lebih banyak disedot PDAM Tirta Kencana Samarinda untuk pengelolaan air bersih bagi wilayah sekitar.
"Jadi kami petani disini baik musim hujan dan musim panas selalu menderita. Musim hujan pun salah, musim kering pun salah. Kami minta waduk itu di normalisasi biar daya tampung airnya mumpuni," kata Sabran.
Asisten I Setkot Samarinda Tedjo Sutarnoto berjanji, semua masalah yang ditimbulkannya dalam bencana banjir kali ini akan dicarikan solusi. Adapun untuk saat ini pihaknya masih fokus mengurus korban terdampak banjir yang dievakuasi di masjid-masjid dan posko-posko untuk mendapat bantuan segera.
"Segera kita carikan solusi soal sawah petani. Saat ini kita fokus alokasi bantuan," ungkap dia saat dihubungi.
Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, Ketua Komisi II DPRD Kaltim, Veridiana Huraq Wang menjelaskan, pemerintah sudah mengupayakan hal-hal yang terkait dengan banjir yakni, dengan melebarkan drainase, meninggikan jalan lingkungan dan lain-lain. Terkait gagal panen, Pemerintah menurutnya harus segera menyiapkan atau mendatangkan stok pangan baik beras maupun sayuran.
SG WIBISONO