Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tergiur Saham Emiten Rintisan

Kioson dan M Cash menikmati gurihnya pasar keuangan. Investor mulai melirik saham pelaku usaha berbasis digital.

19 November 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURYANDY Jahja tak pernah menyangka upayanya mendorong PT M Cash Integrasi melantai di bursa saham kini menjadi pembicaraan investor dan pelaku usaha rintisan. Setelah perusahaan ini sukses menawarkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia tiga pekan lalu, Jahja menerima rentetan pertanyaan dari sejumlah perusahaan rintisan berbasis digital.

Mereka bertanya kepada Jahja mengenai mekanisme memperoleh dana segar melalui penjualan saham di lantai bursa. "Setelah M Cash tercatat di bursa, banyak yang minta bantuan ke saya," kata Managing Director PT Kresna Graha Investama Tbk itu di kantornya di Jakarta, Rabu pekan lalu.

Jahja juga menerima surat elektronik dari investor yang menarik untung melalui transaksi pertama saham M Cash. Kepada Jahja, mereka siap menjadi pembeli siaga bila Kresna kembali mendorong perusahaan rintisan lain melantai di pasar modal.

Pencatatan perdana saham M Cash membuat publik heboh. Permintaan pasar berlebih hingga 10 kali lipat pada awal perdagangan. Harga per lembar, yang semula dijual Rp 1.385, melejit ke level Rp 2.070 pada hari pertama. Nilai transaksinya mencapai Rp 9,8 miliar dengan volume perdagangan 4,7 juta lot. Setelah dua pekan, penjualan saham M Cash melonjak hingga Rp 42 miliar. Harga sahamnya terus terkerek menjadi Rp 2.330 per lembar.

Jahja mengatakan pengerukan dana publik tak hanya membuat modal perusahaan lebih cair. Penjualan juga semakin meningkat seiring dengan pengembangan usaha yang dilakukan perseroan dengan modal baru. Sebelum tercatat di bursa, total penjualan hanya Rp 3 miliar per pekan. "Sekarang bisa Rp 50 miliar per minggu," ucap Jahja, yang juga menjabat Direktur M Cash Integrasi.

Saat M Cash menggelar initial public offering (IPO), Kresna Investama menunjuk anak usahanya, PT Kresna Sekuritas, serta PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, sebagai pemimpin pelaksana emisi efek utama. Langkah ini tidak ujugujug diputuskan dalam semalam. Kresna Investama, yang bergerak di sektor keuangan dan teknologi, merancang agar anak usahanya turut menjadi perusahaan publik.

Perseroan ini memiliki ekuitas di sejumlah perusahaan penyedia kartu fisik untuk mobile SIM (subscriber identity mo­dule), uang elektronik, pengisian pulsa telepon, pembayaran tagihan, pemesanan tiket perjalanan, serta layanan pembayaran transaksi ecommerce.

Rencana Kresna mendorong perusahaan digital meraih pendanaan lewat pasar saham dimulai sejak awal tahun ini. Bersama pemegang saham lain di Kresna, Jahja ingin melahirkan perusahaan digital milik publik pertama di Tanah Air. "Supaya akses pendanaan lebih mudah, pengelolaan manajemen lebih bagus, dan mereka bisa masuk di radar dunia," tuturnya.

Kresna lantas membeli saham M Cash sebanyak 17,6 persen pada medio April. M Cash merupakan perusahaan penyedia kios digital untuk pembayaran dan telekomunikasi. Transaksi terjadi karena Kresna akan memperluas saluran distribusi produk digital melalui platform yang disediakan M Cash. Di sisi lain, M Cash butuh suntikan dana untuk menambah jaringan dan mesin. Akhir tahun lalu, total aset M Cash tercatat Rp 15,4 miliar.

Pekan pertama Mei lalu, M Cash mulai gencar menawarkan saham perdananya kepada investor lokal dan asing. M Cash berhasil menggaet investor jangkar dari Amerika Serikat, Singapura, Hong Kong, dan Australia. Dua di antaranya firma ternama di Asia yang bergerak di sektor properti, yakni PAG dan Maybank Asset Management. Untuk meraup pendanaan sebesar Rp 300 miliar, M Cash hanya melepas 25 persen saham kepada publik. Dari total saham yang dijual, 40 persen dibeli oleh perusahaan asing. Sisanya dikuasai institusi dan retail lokal.

M Cash bukan pionir perusahaan rintisan berbasis digital yang melantai di bursa. PTKiosonKomersial IndonesiaTbk lebih dulu melepas sahamnya ke publik pada 5 Oktober 2017. Emiten berkode KIOS ini menyediakan layanan penjualan produk keuangan yang biasa diperdagangkan secara online ataupun offline. Sama seperti M Cash, Kioson juga menjual perangkat keras telekomunikasi.

Direktur Utama PT Kioson Komersial Jasin Halim mengatakan timnya menargetkan penjualan saham ke publik sejak perusahaan beroperasi pada Agustus 2015. "Kami mau buktikan bahwa startup tidak harus melalui modal ventura," ucap Jasin. Kioson memutuskan melepas 23 persen saham perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan sebesar Rp 45 miliar.

Tak seperti M Cash yang sahamnya melejit sejak hari pertama, harga saham Kioson­ merangkak perlahan pada dua pekan pertama. Saham yang semula dijual Rp 450 per lembar itu pernah mencapai harga tertinggi Rp 3.310 pada 19 Oktober. Bursa Efek Indonesia sempat menghentikan sementara perdagangan saham Kioson selama satu pekan. "Tindakan ini dilakukan sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif saham KIOS," ujar Kepala Divisi Pengawasan Transaksi Bursa Efek Indonesia Irvan Susandy dalam keterbukaan informasi.

Pergerakan saham Kioson cukup dinamis. Nilai perdagangan pernah mencapai Rp 8,3 miliar pada akhir Oktober. Sedangkan harga sahamnya bertahan di level Rp 2.900 per lembar. Dengan modal baru tersebut, aset Kios bertambah dua kali lipat per September 2017 dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Total penjualan bersihnya kini mencapai Rp 73,6 miliar.

Langkah dua perusahaan rintisan ini, menurut Wakil Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia(Amvesindo)Donald Wihardja, membuka jalan baru bagi ekosistem perusahaan digital. "Indikatornya kalau sudah ada yang IPO," kata Donald.

Ia menyebutkan ada dua perusahaan rintisan yang melantai di bursa pada tahun depan. Direktur Utama Bhinneka.com Hendrik Tio menargetkan pencatatan saham perdana pada 2020. "Pembenahan internal teknologi kami targetkan selesai tahun depan," tuturnya. Amvesindo mencatat pendanaan perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia meningkat US$ 3 miliar tahun ini.

Donald mengakui keberanian memperoleh modal dari publik tidak dimiliki semua perusahaan digital. Di Asia Tenggara, rasio pendanaan melalui bursa efek dibanding pendanaan dari sektor swasta sebesar 9 : 1. Mayoritas perusahaan digital kecil cukup puas ketika diakuisisi perusahaan teknologi lain. "Mereka tunggu dulu sampai menguntungkan, baru go public dengan angka lebih mahal," ucapnya. Perusahaan digital raksasa masih mempertimbangkan IPO lantaran syaratnya cukup memberatkan, yakni wajib membuka laporan keuangan kepada publik.

Jahja mengakui persiapan IPO cukup rumit. Perusahaan harus membenahi laporan keuangan triwulanan, kepatuhan perpajakan, serta memberikan informasi tambahan secara berkala kepada pemegang saham. Jasin juga memberanikan diri menggelar IPO meski rapor Kioson masih merah. "Yang penting bisa meyakinkan punya masa depan."

Ketua Dewan Pembina Asosiasi Digital Indonesia Fransiscus Budi Pranata mengatakan investasi di perusahaan digital sedang hangathangatnya. Banyak investor retail ataupun institusi siap membeli saham perusahaan digital yang akan dijual di pasar uang. Ia yakin perusahaan yang menggelar IPO dapat meraup modal dalam waktu singkat. Sebab, suntikan dari modal ventura mulai terbatas seiring dengan menjamurnya startup dengan fitur yang mirip.

Kehebohan penjualan saham M Cash dan Kioson bisa saja terulang di perusahaan digital lain. Analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan mayoritas investor di pasar uang sangat tertarik pada saham yang sedang ramai dibicarakan dan berpotensi menguntungkan. "Asalkan kinerja bagus dan terus berinovasi," ujar Reza. l PUTRI ADITYOWATI,

ANDI IBNU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus