Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Tetap mubazir

Jakarta fishing port-jfp tampak masih mubazir. masih ada keluhan kekurangan air bersih & proses pembekuan tidak sempurna sehingga berat setiap karton udang selalu menjadi berkurang. (eb)

19 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMUBAZIRAN di Pelabuhan Perikanan Samudra Jakarta (Jakarta Fishing Port-JFP), tampaknya, masih berlanjut. Kawasan industri perikanan yang memiliki 48 hektar lahan itu, hingga kini, hanya dihuni empat investor - kendati pernah disebut belasan yang antre ingin masuk ke sana. Mereka menahan langkah, karena yang sudah beroperasi penuh di sana pun masih mengeluh: kekurangan air bersih. Terbukti, air yang diusahakan JFP dari PAM dan sumur bor memang tidak bisa memenuhi kebutuhan yang seharinya mencapai 800 ton. Air, yang merupakan kebutuhan utama dalam pemrosesan udang ekspor, terasa sangat membebani. Hal ini bukannya tidak disadari manajemen JFP. "Air yang digunakan dari PAM. Nah, kalau PAM-nya macet, kami tidak bisa apa-apa," kata Soekirno, Direktur JFP. Selain dari PAM, JFP pun sudah mengusahakan air dengan sumur bor. "Tapi tetap tidak mencukupi," ujarnya. Akibatnya, pabrik es yang ada pun menjadi kekurangan bahan baku. Padahal, es merupakan bahan baku nomor dua, setelah air, yang dibutuhkan industri pemrosesan udang. Sebab itu, tidak mengherankan kalau perusahaan seperti PT Pumar dan PT Halimas Sakti, yang melakukan ekspor ke Jepang dengan rata-rata 50 ton per bulan, membeli air dan es dari luar JFP. "Meskipun kekurangan air ini sifatnya insidentil, cukup mengganggu," kata Windarti, Direktur Pumar. Ternyata, tidak cuma soal air. Alat pembeku yang dimiliki JFP, konon, jalannya kurang beres. Akibatnya, eksportir terpaksa menanggung klaim dari pembeli. Seorang pengusaha, misalnya, yang menggunakan jasa pembeku milik JFP. Belum lama ini, dari dua kali ekspornya, ia kena klaim US$ 7.000. Alasannya, setiap karton udang yang seharusnya berisi 1,8 kg, setelah sampai di tangan pembeli susut menjadi 1,75 kg. Padahal, ketika dikemas, timbangan sudah dilebihkan sampai 1,875 kg per karton. PT Kapitang Kadju, yang setiap bulan mengekspor 40 ton udang ke Jepang, pernah pula beberapa kali terkena klaim - juga karena berat isi tidak sesuai dengan yang tertera pada kemasan. Tapi, kata Ny. Andi Asny Yunus, Direktur Kapitang, "hal itu bukan disebabkan kurang sempurnanya proses pembekuan." Kalaupun ada, "kemungkinan berkurangnya berat karena proses pembekuan itu kecil," katanya lebih lanjut. "Penghuni" JFP lainnya mengaku tidak pernah kena klaim yang disebabkan berkurangnya berat timbangan. "Karena kami selalu menimbang lebih berat dari yang tertera pada kemasan," kata Arifin Setiadi, Dirut PT Halimas Sakti. Katanya, kalau klaim itu hanya satu kali terjadi pada seorang eksportir, itu biasa. Soekirno, "yang punya" JFP, juga membantah bahwa berkurangnya berat timbangan disebabkan oleh proses pembekuan yang tidak sempurna. Sebab, katanya, pembekuan yang selama ini dilakukan JFP berjalan baik. Soekirno, yang sudah 30 tahun menggeluti bidang industri perikanan ini, yakin timbangan yang kurang itu disebabkan ulah pengusaha yang ingin menimba untung dengan tidak jujur. Itulah sebabnya, TFP tidak mau disalahkan dalam soal timbangan ini. Apalagi kalau harus sampai mengganti kerugian ekspotir yang kena klaim dari pembeli. "Mereka yang menimbang, mereka yang menjual, masa kami yang harus mengganti?" ujarnya. Apa pun yang terjadi, nyatanya, masih banyak hal yang harus dibenahi umat perikanan. Entahlah mulainya dari mana. Dari air bersih yang kurang? Soal timbangan yang terbukti sering kurang? Apa pun, itu kalau kita masih ingin dipercaya pembeli. Budi Kusumah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus