Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Imbas dari lonjakan harga tiket pesawat mulai terlihat pada jumlah pemudik yang menggunakan moda transportasi laut. Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Indonesia, Ira Puspadewi, memperkirakan jumlah penumpang rata-rata naik sekitar 5 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Khusus di Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni, jumlahnya diprediksi naik hingga tiga kali lipat dari tahun lalu. "Kami prediksi kenaikannya 15 persen, padahal tahun lalu hanya 5 persen," kata dia kepada Tempo, Ahad, 26 Mei 2019.
Ira menuturkan kenaikan ini dipicu tingginya ongkos transportasi udara. Selain harga tiket, masyarakat harus mempertimbangkan pengeluaran lain, seperti biaya bagasi. Pasalnya, masyarakat Indonesia cenderung bepergian dengan banyak anggota keluarga dan membawa buah tangan sehingga beban pengeluarannya cukup tinggi dibanding transportasi darat dan laut.
Jalan tol Trans Jawa dan Trans Sumatera yang sudah beroperasi juga akan mendorong lonjakan penumpang. Sejak libur Natal dan tahun baru pada Desember lalu, Ira mengatakan kenaikan penumpang telah terjadi lantaran akses transportasi darat sudah tersambung hingga ke Palembang.
Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, ASDP bersama pemerintah memberlakukan kebijakan ganjil-genap di pelabuhan pada malam hari. "Kami ingin mendorong orang untuk datang pada pagi dan siang hari agar tidak terjadi penumpukan penumpang," kata Ira. Dia berharap pengaturan ini mampu membantu pemudik pulang dengan nyaman.
Adapun PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) memperkirakan kenaikan penumpang hanya sekitar 3,5 persen. Direktur Angkutan Penumpang dan Perintis Pelni, Olih Masolich Sodikin, mengatakan kenaikan harga tiket pesawat tak terlalu berdampak. "Pasarnya berbeda," kata dia. Selain itu, Pelni tidak menambah armada sejak 2007. Saat ini ada 26 armada milik Pelni.
Sodikin menuturkan perseroan hanya mengandalkan perubahan rute dan penambahan frekuensi penyeberangan. Dia mencontohkan, sebagian kapal yang berlayar dari Jakarta ke Papua hanya beroperasi sampai Manokwari dan Sorong, yang banyak didatangi masyarakat dari tengah dan barat Indonesia. Pelni juga mengubah rute Jakarta-Batam yang cenderung sepi. "Kami alihkan untuk Batam-Medan," ujarnya.
Menghadapi lonjakan penumpang angkutan laut, Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Sudiono, mengatakan kapal harus memenuhi kebutuhan alat-alat keselamatan. Dia juga meminta kapal menyesuaikan sertifikat keselamatan kapal penumpang.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Agus H. Purnomo, mengimbau para penumpang agar datang ke pelabuhan paling cepat tiga jam sebelum jadwal keberangkatan kapal. Masyarakat juga diminta tidak membawa barang-barang berlebihan. Selain itu, setiap pelabuhan diwajibkan membuat alur peraturan embarkasi dan debarkasi penumpang.
Simak berita lainnya terkait tiket pesawat di Tempo.co.