J.A. Sereh (58 tahun), Direktur Utama PT Danareksa tampak cerah
pekan lalu. Ada alasannya untuk gembira. Tiga perusahaan
penanaman modal asing, PT Sinar Surya Metalworks Ltd, PT Union
Carbide Indonesia (Ucindo) dan PT Century Textile Industry
(Centex) sudah pasti akan go public (memasyarakat) dalam waktu
dekat. Ini berarti, setelah 14 bulan kesepian dengan "pemain
tunggal" PT Semen Cibinong, pasar modal bakal diramaikan dengan
muka-muka baru.
"Maunya kami, saham-saham 3 perusahaan itu sudah bisa go public
bulan Nopember ini juga," kata Sereh pada TEMPO. Tapi tampaknya
hanya dua yang mungkin karena Centex masih harus menunggu
persetujuan perubahan anggaran dasarnya dari Departemen
Kehakiman dan kapitalisasi dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal. Ancar-ancarnya, pekan ini Sinar Surya akan resmi go
public, Ucindo sebelum akhir bulan disusul Centex bulan depan.
"Kami tinggal menunggu gong dari pemerintah," lanjut Sereh.
Sejak dibuka Agustus 1977, hanya sertipikat PT Semen Cibinong
yang diperjual-belikan, hingga praktis pasar modal sepi dan
banyak pialang yang nganggur. Munculnya ketiga perusahaan itu
tampaknya tidak akan menambah kerja PT Danareksa. Berbeda dengan
PT Semen Cibinong, nilai nominal saham PT Sinar Surya misalnya,
hanya Rp 1000 per saham hingga tidak perlu dipecah lagi.
Dewasa ini modal PT Sinar Surya. usaha patungan
Indonesia-Hongkong di Surabaya yang menghasilkan lampu
stromking, berjumlah sekitar Rp 2,5 milyar. 51% dari jumlah ini
atau sekitar Rp 1,3 milyar akan dijual pada masyarakat. Ini akan
merubah imbangan pemilikan saham. Jika dulu pemegang saham
Hongkong memiliki 33,3%, kemudian mereka hanya akan memiliki
16,4% sedang pihak Indonesia 22,6%. Yang bertindak sebagai
penjamin (underwriter) adalah PT Ficorinvest, sebuah lembaga
keuangan yang didirikan oleh Bank Indonesia bersama PT Bina
Usaha Indonesia dan Bancom International Ltd (Pilipina).
Banyak keuntungan bagi perusahaan yang memasyarakat. Yang jelas
keringanan pajak. Pajak Perseroan yang tadinya 45% akan turun
menjadi 25%. Reevaluasi, juga laba yang tidak dibagi dan dipakai
untuk menambah modal, dibebaskan dari pajak.
Ada juga keuntungan lain, dan ini rupanya yang menjadi alasan PT
Sinar Surya. "Ada segi sosial-politiknya. Mereka tertarik pada
himbauan pemerintah agar perusahaan yang sehat go public," kata
Irzan Nazaruddin dari Bapepam.
Rupanya kesediaan suatu perusahaan untuk memasyarakat diharapkan
juga akan memperlihatkan kemauan baik mereka untuk membantu
pemerintah meramaikan pasar modal. Hingga hubungan baik bisa
dipelihara.
Beda dengan Sinar Surya, alasan Ucindo untuk memasyarakat ialah
untuk mengumpulkan dana guna perluasan pabriknya. Union Carbide
yang memprodusir baterai Eveready telah beroperasi di sini sejak
sebelum Perang Dunia II. Kini produksinya tiap tahun sekitar 168
juta buah. Produksinya dilempar ke pasar melalui 12 distributor
dengan ribuan grosir dan pengecer. Perluasan pabriknya
memerlukan modal Rp 5,4 milyar. "Tapi saham yang akan
dimasyarakatkan Ucindo hanya 15% atau sekitar Rp 1,4 milyar,"
kata J.A. Sereh. Pada 1970-an, nilai nominal saham Ucindo Rp
1585 per saham. Sampai pekan lalu belum pasti berapa harga saham
itu dinilai para underwriter. Danareksa akan membeli 50% dari
jumlah saham yang akan dimasyarakatkan, dan kemudian sebagian
akan dijual kembali dalam bentuk sertifikat. Perluasan pabrik
itu diijinkan hanya karena Ucindo bersedia go public dan tidak
akan mengganggu produksi nasional lainnya.
Pos Rugi
Masa depan pasar modal Indonesia tampaknya bakal lebih ramai
lagi. "Sedikitnya 5 atau 6 perusahaan akan go public tahun
depan," kata Sereh. Yang diharapkan antara lain Unilever dan PT
B.A.T. (British American Tobacco). Pabrik rokok BAT kabarnya
akan bekerjasama dengan sebuah Perusahaan Negara Perkebunan
untuk memprodusir GLT, suatu bahan baku untuk pabrik rokok.
Bakal ramainya Pasar Modal agaknya perlu diimbangi oleh para
pialang. Selama 14 bulan terakhir meja-meja mereka di Pasar
Modal, Jalan Merdeka Selatan, lebih sering kosong. Dari 26
perusahaan makelar yang terdaftar, hanya 4 yang aktif: PT
Aperdi, PT Perdanas, Bank Central Dagang dan PT Makindo. Sedang
semua bank pemerintah yang menjadi anggota bursa boleh dibilang
tidak pernah melakukan perdagangan karena menganggap Pasar Modal
sebagai "pos rugi". Tapi, agaknya pos ini bisa diharapkan akan
segera berubah menjadi pos untung. Lebih lagi jika perusahaan
lain segera mengikuti contoh 4 perusahaan tadi. Hingga Pasar
Modal benar-benar akan menjadi "pasar".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini