Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun 2008 dimulai dengan optimisme yang membuncah. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 6,4 persen, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Otoritas Bursa Efek Indonesia bahkan memperkirakan kinerja pasar modal Indonesia bakal tumbuh 30 persen. Kalangan industri memiliki optimisme yang sama. Para pelaku industri otomotif, misalnya, yakin penjualan bakal tumbuh 20 persen.
Tapi semua keyakinan itu perlahan-lahan sirna. Harga minyak mentah meroket hingga US$ 147 per barel. Harga komoditas seperti minyak sawit mentah, jagung, hingga padi pun ikut melonjak. Pemerintah akhirnya menaikkan harga bahan bakar minyak pada akhir Mei rata-rata 27,8 persen. Perekonomian mulai melambat, terutama ketika Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk mengerem laju inflasi. Dampaknya, penjualan mobil dan rumah menurun.
Badai pun ikut menerjang dari Amerika Serikat. Krisis subprime mortgage membuat bisnis keuangan sedunia hancur. Bursa di mana-mana kolaps. Rupiah juga tumbang ke level Rp 11.000 per dolar Amerika. Ancaman resesi mulai membayangi perekonomian dunia. Tanda-tandanya sudah muncul. Di Indonesia, misalnya, penjualan bulanan mobil terus menurun. Ekspor juga ikut melemah. Sejumlah industri sudah mulai meneriakkan kemungkinan pengurangan tenaga kerja.
Resesi global yang mulai mencuat pada triwulan terakhir 2008 telah membalikkan keyakinan. Perekonomian hanya bisa tumbuh 6,2 persen. Lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tahun ini penuh dengan bayangan yang jauh lebih suram.
Pertumbuhan Ekonomi
2005
5,7%
2006
5,5%
2007
6,3%
2008
6,2%
Inflasi Tahunan
2005
18,38%
2006
6,60%
2007
6,59%
2008
11,06%
Rupiah Tak Sendiri
Sebuah ironi terjadi tahun lalu. Dolar Amerika justru sangat digdaya sepanjang 2008. Padahal, negara itulah sumber malapetaka finansial global. Seperti juga mata uang lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar turun tajam. Inilah kurs terburuk dalam sepuluh tahun terakhir.
Sumber: Berbagai sumber
Pendapatan Naik
Kendati dihajar krisis energi dan pangan, pendapatan per kapita penduduk Indonesia pada 2008 diperkirakan naik menjadi US$ 2.250. Dua tahun lalu, pendapatan rakyat Indonesia masih US$ 1.947. Menurut Badan Pusat Statistik, pendapatan per kapita orang Indonesia sesungguhnya bisa mencapai US$ 2.300-2.400 jika rupiah tidak melemah tajam melewati Rp 9.500 per dolar. Sayangnya, kenaikan pendapatan masyarakat itu kurang diimbangi oleh penurunan jumlah penduduk miskin, yang hanya berkurang 2,21 juta orang.
Pendapatan per kapita (US$)
*Perkiraan Badan Pusat Statistik
2005
1.256
2006
1.662
2007
1.947
2008*
2.250
Tingkat Kemiskinan
*Per Maret 2008
2005
15,97%
(35,10 juta)
2006
17,75%
(39,05 juta)
2007
16,58%
(37,17 juta)
2008*
15,42%
(34,96 juta)
Pengangguran Masih Tinggi
Kendati ada kecenderungan menurun, jumlah penganggur masih tergolong tinggi, yakni 9,43 juta orang. Membaiknya sejumlah sektor seperti pertambangan dan jasa membuat penyerapan tenaga kerja meningkat. Tapi ancaman akan datang pada tahun ini. Diperkirakan akan banyak pemutusan hubungan kerja akibat resesi global.
Tingkat Pengangguran
*Per Agustus
2005
11,24%
(10,854 juta)
2006
10,3%
(10,93 juta)
2007
9,1%
(10,01 juta)
2008*
8,39%
(9,39 juta)
Pergerakan Rupiah 2008
9 Februari
Rp 9.060
23 Mei
Rp 9.350
Pemerintah menaikkan harga BBM rata-rata 27,8%.
15 September
Rp 9.445
Bursa global rontok setelah Lehman Brothers ambruk.
1 Desember
Rp 12.195
10 Desember
Rp 10.900
Mata uang global menguat. Obama yang terpilih menjanjikan perbaikan ekonomi.
Harga Minyak Dunia 2008 (barel)
3 Januari
US$ 100
Pertama kali menembus US$ 100 per barel
3 Juli
US$ 147
Menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah dipicu oleh penurunan dolar dan krisis nuklir Iran serta pemogokan di Brasilia.
16 September
US$ 91,76
Pasar semakin khawatir krisis global setelah Lehman Brothers bangkrut.
6 Oktober
US$ 87,81
DPR Amerika menolak rencana bail out US$ 700 miliar. Pasar khawatir resesi.
US$ 36
Melorot ke level terendah.
Ekspor Mulai Tergerus
Indonesia belum mampu meningkatkan daya saingnya di pasar internasional. Berdasarkan data World Economic Forum, Oktober 2008, daya saing Indonesia masih rendah, dan malah memburuk dibanding sebelumnya. Pada 2007-2008, daya saing Indonesia melorot ke peringkat 55 (dari 134 negara). Sebelumnya, Indonesia ada di posisi ke-54. Di Asia Tenggara, Indonesia hanya di atas Vietnam (70) dan Filipina (71), tapi jauh di bawah Singapura (5), Malaysia (21), dan Thailand (34).
Meskipun demikian, sampai November lalu, ekspor Indonesia masih naik 24 persen menjadi US$ 128 miliar. Angka tersebut juga sudah jauh di atas perolehan pada 2007. Namun krisis global tampaknya akan memberikan pukulan yang keras tahun depan. Ekspor Indonesia terlihat sudah mulai menurun. Selain permintaan dari pasar global yang melemah dan harga komoditas yang makin murah, hal itu juga bisa dilihat dari penurunan impor yang lebih tajam. Ini menandakan kegiatan produksi di dalam negeri juga mulai berkurang.
Neraca Perdagangan Indonesia (US$ miliar) *sampai November
2004
1. 71,6
2. 46,5
2005
1. 57,7
2. 5,7
2006
1. 100,8
2. 61,1
2007
1. 114,1
2. 74,5
2008
1. 128,09
2. 120,97*
Ket*
1. Ekspor
2. Impor
Bursa Babak-Belur
Ini tahun kelabu bagi pasar modal Indonesia. Sepanjang 2008, indeks saham Bursa Efek Indonesia anjlok 51 persen. Penurunannya terbesar keempat setelah bursa Shanghai, Shenzen, dan Mumbai. Padahal, di awal tahun, pengelola dan pelaku pasar yakin bursa akan tumbuh 30 persen. Tapi krisis finansial global telah membuat para pemain pasar modal gigit jari. Kapitalisasi pasar saham tergerus hampir separuhnya, dari Rp 1.988,3 triliun menjadi Rp 1.072,5 triliun. Tahun sebelumnya, indeks Bursa Indonesia menguat 52 persen.
Kinerja Bursa Global
Shanghai(Cina)
-64,81%
Shenzen(Cina)
-60,65%
Mumbai(India)
-53,83%
BEI(Indonesia)
-51,17%
Hang Seng(Hong Kong)
-49,00%
Straits Times(Singapura)
-48,81%
Nikkei(Jepang)
-42,12%
KLSE(Malaysia)
-38,40%
Dow Jones(Amerika)
-36,00%
FTSE(Inggris)
-32,49%
Sumber: Bapepam
Harga Komoditas Andalan Turun
Resesi global telah membalikkan harga komoditas energi, pertambangan, dan perkebunan. Harga minyak dunia sampai akhir 2008 hanya US$ 36 per barel. Padahal harga si emas hitam sempat mencapai US$ 147 per barel. Melorotnya harga minyak membuat harga komoditas lainnya menurun.
Penurunan Harga Komoditas 2008
Sumber: Bloomberg
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo