Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pria berbaju putih lengan pendek itu memasuki lift tepat di lantai tiga gedung Glodok City, dengan wajah sendu. Di ruang sempit ini, ia menanyakan kabar razia yang beredar luas akan dilakukan pemerintah di gedung tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Benar enggak itu, katanya ada mau razia?" tanya pria itu kepada petugas keamanan, Rachmat Hidayah. Mendengar pertanyaan pria itu, Rachmat tersenyum. "Wah, kalau itu saya enggak tahu," ucapnya yang bertubuh jangkung itu pada Jumat, 26 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan nada protes atas kabar razia, pria itu bersungut. Dalam penuturannya ia menilai, jika razia terjadi itu sangat berdampak kepada para pedagang di gedung tujuh lantai ini.
Pria itu menggeleng tangan saat Tempo meminta ia menjelaskan kabar razia yang membuat sebagian besar pedagang di gedung itu takut dan "menghilang". Tempo memasuki gedung ini sekitar pukul 09.00 WIB. Suasana tampak sepi. Pintu-pintu kios sebagian besar tertutup rapat.
Hampir tak terlihat pengunjung mondar-mandir. Hanya satu-dua toko di lantai satu dibuka. "Cari apa, Pak?" kata seorang pedagang laptop saat Tempo melewati sebuah toko. Bagian depan dan kiri toko itu, masih banyak deretan kios dengan pintu terkunci.
Ahmad, seorang buruh panggul, bercerita bahwa sunyi yang muncul di gedung tersebut setelah ada kabar penyitaan produk. Kabar itu mencuat sejak dua pekan lalu, sekitar 15 Juli 2024. Setelah kabar itu mencuat suasana seisi gedung berubah senyap. "Katanya di Glodok City sama Pasar Pagi ada razia," tutur pria asal Pandeglang, Jawa Tengah, itu.
Namun setelah tiba dari Pandeglang, dan bekerja sebagai pemanggul barang dan diantar kepada pembeli di Kota Jakarta, tak ada razia di Glodok City. "Intinya enggak ada," ucap dia. Namun dia mengakui kabar penyitaan produk tanpa Standar Nasional Indonesia atau SNI hanya kabar burung.
Seorang pedagang barang elektronik di lantai satu mengatakan senada. Toko-toko di gedung ini tutup saat mencium kabar razia. Selain banyak gulung tikar ketika pandemi Covid-19 merebak.
"Enggak pernah ada razia di sini," ujar Reno Saputra, karyawan Toko Sinar Jaya, itu kepada Tempo. Toko yang dijaga Reno berisi sound system, mikrofon, amplifier, serta lampu, di toko lain ada juga yang menjual Play Station.
Manajemen pengelola Glodok City, Arifal, membenarkan isu razia. Namun dia menyebutkan kabar itu masih simpang siur. Dia menyatakan tak ada razia terhadap produk elektronik di gedung ini. "Setiap golongan pedagang pasti panik. Itu berimbas kepada ekonomi mikro," kata dia, saat ditemui di area kantornya di lantai tujuh Glodok City.
Dia mengatakan, seharusnya razia itu dilakukan pada distributor. Bukan kepada pedagang mikro yang hanya sebagai penerima. "Karena yang kencang (distribusi elektronik) kan di sana," ucap dia. Arifal mengatakan dampak kabar razia itu sangat berpengaruh kepada pedagang setempat.
Dia menyatakan kabar itu muncul sejak dua pekan lalu. Pengelola Pasar Jaya, kata dia, selalu mendapatkan pertanyaan soal informasi rencana razia tersebut. "Ada pertanyaan-pertanyaan dari pedagang dan kami enggak bisa jawab. Dari kantor pusat pun belum menyampaikan informasi apa-apa ke kami," tutur dia.
Glodok City adalah gedung yang berada di bawah kendali Perusahaan Umum Daerah Pasar Jaya. Gedung ini berisi tujuh lantai. Menurut Arifal, setiap kios yang disewa pedagang dengan harga per tahun Rp 4 juta untuk lapak di lantai satu. Harganya akan turun sekitar Rp500 ribu ketika pedagang menyewa bangunan di lantai dua.
Di lantai dua banyak kios ditempati pedagang yang menjual obat-obatan. Walau hanya menjual obat ada banyak deretan kios tutup pintu. Hampir tak terlihat pengunjung menyumbangi lapak obat ini. Hanya penjaga duduk diam dan sambil menunggu kunjungan pembeli. Dan di toko elektronik pintu-pintu lapak masih banyak tertutup rapat saat waktu menunjukkan 12.30 WIB.
Pilihan Editor: 5 Aktivitas Seru saat Berkunjung ke Kawasan Pecinan Glodok