Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Benteng Resesi Global 2023

Segmen UMKM akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi 2023. Butuh dukungan untuk menyerap tenaga kerja yang terkena PHK.  

18 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktivitas produksi mi segar di Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sudimara Timur, Kota Tangerang, Banten, 12 Mei 2022. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA- Segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi andalan penopang pertumbuhan ekonomi pada tahun ini. Di tengah ancaman resesi global yang melemahkan permintaan ekspor, geliat UMKM yang berbasis permintaan domestik diyakini mampu menjadi penyelamat perekonomian.

Direktur Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Yusuf Wibisono, mengungkapkan bahwa sejak dulu peran UMKM informal dan tradisional krusial dalam menopang kondisi masyarakat dan perekonomian di masa krisis. "Dari krisis ekonomi 1997 hingga kini, resesi global 2023, UMKM selalu menjadi penyelamat," ujarnya kepada Tempo, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Sektor formal modern diprediksi akan mengalami pelemahan paling besar di masa resesi global akibat inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga yang tak terhindarkan. Industri manufaktur padat karya, seperti tekstil, garmen, dan alas kaki, serta industri penghasil komoditas ekspor, seperti batu bara dan sawit, berpotensi mendapat tekanan paling besar.

Yusuf berujar, sektor informal dan UMKM akan berperan sebagai katup pengaman bagi sektor formal modern, dengan menyediakan lapangan kerja yang luas dan mudah. Adapun sektor UMKM terpenting adalah sektor informal perdesaan, terutama pertanian, tanaman pangan, pertanian hortikultura, peternakan, dan perikanan. 

"Sektor UMKM terpenting berikutnya adalah informal perkotaan, terutama perdagangan eceran dan penyediaan makanan dan minuman," ia menjelaskan.

Butuh Dukungan untuk Menyerap Korban PHK

Pekerja mengemas roti yang siap dijual di kawasan Duren Sawit, Jakarta, 14 Mei 2022. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski demikian, segmen UMKM tetap dapat terkena dampak krisis, khususnya akibat penurunan permintaan domestik yang dipicu kenaikan suku bunga acuan dan pelemahan daya beli. "Walaupun UMKM adalah sektor yang gesit, tahan krisis, dan mudah beradaptasi, mereka butuh dukungan agar optimal menyerap limpahan tenaga kerja dari sektor formal modern yang akan banyak mengalami PHK," kata Yusuf.

Ia meminta pemerintah memberikan dukungan kepada 8,2 juta pelaku usaha mikro di sektor pertanian dan 8,9 juta pelaku usaha mikro di sektor perdagangan dengan status berusaha sendiri. Berikutnya adalah 11 juta pelaku usaha kecil di sektor pertanian dan 4,5 juta pelaku usaha kecil di sektor perdagangan dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetap.

"Karena itu, yang disesalkan ialah mengapa bantuan langsung tunai (BLT) UMKM atau bantuan produktif usaha mikro (BPUM) tidak lagi diberikan pada tahun ini," ucapnya. Alih-alih menghapusnya, menurut Yusuf, seharusnya pemerintah memperluas jangkauan kedua program tersebut supaya semakin tepat sasaran.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menyebutkan pencabutan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) diharapkan dapat mendorong geliat UMKM. Dengan demikian, ucap dia, perekonomian 2023 dapat tumbuh  sesuai dengan target di kisaran 4,5-5 persen.

"Hal yang perlu diperhatikan adalah efek pandemi terhadap masyarakat kelas menengah ke bawah dan pelaku UMKM. Apalagi mereka berpotensi tertekan oleh inflasi yang dipicu kenaikan harga BBM dan barang kebutuhan pokok," ujarnya.

Sementara itu, pelaku usaha optimistis kinerja segmen UMKM akan tetap kuat pada tahun ini. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi S. Lukman, mengatakan sektor usaha makanan dan minuman akan melesat akibat kenaikan permintaan domestik selama momen Ramadan dan Idul Fitri 2023.
 
Pangsa pasar sektor makanan dan minuman, tuturnya, akan meningkat oleh konsumsi rumah tangga yang masih tinggi, yaitu di kisaran 5,39 persen hingga kuartal III 2022. "Tapi masih ada tantangan yang harus kita waspadai, yakni kenaikan harga bahan baku dan perubahan cuaca yang bisa mengganggu stok bahan baku," katanya.


GHOIDA RAHMAH

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus