Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Untuk Yang Tak Cukup Uang

Wawancara Tempo dengan Menteri Kesehatan dr. Suwardjono Suryaningrat mengenai mahalnya harga obat dan usaha menggiatkan kembali pabrik-pabrik obat pemerintah. (eb)

10 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENTERI Kesehatan dr. Suwardjono Surjaningrat merasa prihatin melihat harga obat yang mahal sekarang. Maka untuk menebusnya, pemerintah rupanya ingin mempercepat rencananya menggiarkan kembali pabrik-pabrik obatnya. Bagaimana Menteri melihat dunia obat sekarang, khususnya yang berkaitan dengan harga yang bisa dijangkau dompet rakyat, dikemukakan secara panjang lebar kepada Abdul Muthalib dari TEMPO beberapa petikan: Harga obat di apotik dianggap terlalu mahal oleh konsumen. Bagaimana sebenarnya kalkulasi harga obat setelah Kenop-15 itu? Sebanyak 7.200 merek obat yang berbeda sekarang memang harus diteliti kembali. Untuk itu sudah ada petunjuk dari Departemen Perdagangan: agar harga obat-obatan itu dikalkulasikan kembali. Mulai dari berapa harga ahan bakunya, penyusutannya, harga emasannya sampai - tingkat labanya. Ternyata dari keseluruhan itu, kenaikn harga obat berkisar antara 7% sampai 30%. Atau dipukul rata naik 20%.ah, bagi yang sudah mengajukan kalulasi baru, tapi menunggu hasilnya, ntuk sementara dibolehkan menaikan harga rata-rata 20% dari harga pabik, bukan dari harga eceran tertinggi (HET). Dari merk yang sekian banyak itu, apa akan disederhanakan? Tidak ada maksud pemerintah untuk menyederhanakan merek, dalam arti mengurangi usaha pabrik obat. Mereka tetap dibolehkan jalan seperti sekarang. Jadi kalau misalnya ada orang yang bersedia membeli Bodrex per 20 tablet seharga Rp 200, itu terserah. Tapi kalau saja kita membuat obat influenza itu secara wajar, hargaya pasti akan jauh lebih murah. Secara wajar bagaimana, pak? Dulu dengan obat DVG orang yang flu bisa sembuh. Nah, nanti dengan menggunakan doos biasa dan pembungkus kertas obat itu bisa dijual murah. Orang kecil kan tak peduli apakah obat itu dibungkus kertas atau dibungkus dalam aluminium foil yang impor dan mahal harganya itu. Apa pabrik obat pemerintah itu nantinya akan membuat obat-obat yang murah saja? Obat-obat yang esensiil, yang sangat pokok. Dan kalau pabrik obat Manggarai aktif kembali (di mulut Jl. Tambak dengan terowongan Manggarai, Jakarta -- Red), juga direncanakan membuat multi-vitamin. Rasanya tak semanis lan sehalus yang dibuat pabrik-pabrik Altinasional itu. Demikian pula rupanya juga tak menarik. Tapi selain murah, mutunya tak kalah. Apakah apotik-apotik itu nantinya diharuskan menjual produk yang murah itu? Begini. Di setiap apotik nanti disediakan tabel harga obat yang murah. Kalau apotik itu tujuannya untuk melayani masarakat, maka kepada para pembeli mereka tentunya akan menyampaikan: Pak, kalau tak cukup uangnya, beli saja yang ini. Sama baiknya dengan obat yang ditulis di resep tapi mahal itu." Jadi dokter juga perlu diberitahu agar menulis resep yang murah. Dengan sendirinya. Kebijaksanaan obat murah itu antara lain bertujuan untuk mendidik dokter dan apoteker memperhatikan kepentingan masyarakat yang berpenghasilan rendah. Ada kesan operasi Opstib itu membuat pabrik-pabrik obat takut untuk berproduksi banyak. Bagaimana itu? Itu tidak betul. Kalau Opstib tak turun tangan, harga-harga obat akan naik secara tidak wajar setelah Kenop 15 itu. Ada anggapan pemerintah seakan ingin menciutkan pintu investasi pabrik obat yang tadinya terbuka lebar. Apa betul? Sampai sekarang tetap terbuka. Kalau ada yang mau menginvestasikan modalnya di sini, boleh saja. Asal memenuhi ketentuan, asal bertujuan menolong jiwa manusia, akan kita terima dengan senang hati. Kabarnya merek obat luar negeri yang dibuat di smi berdasarkan lisensi itu sudah ditutup sejak 1976. Ya, asal mereka mengajukan kalkulasi harga baru, dan tidak mahal, mereka boleh jalan terus. Apa benar dalam hal mengajukan kalkulasi harga itu timbul rasa waswas dari pihak produsen? Mereka tampaknya ragu-ragu. Memang kita menyadari kalkuasi harga itu merupakan rahasia pabrik. Karena itu waktu saya melantik Tim Peneliti Kalkulasi Harga, sudah saya tekankan agar tak membocorkan ke luar rahasia itu. Bagaimana kalau bocor? Kalau terbukti ada yang membocorkan, akan saya tindak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus