SUASANA sepi terasa di kantor pusat Merpati Nusantara Airlines
(MNA) Senin lalu. Banyak meja yang kosong. Tidak ada hiruk pikuk
karyawan sebagaimana biasanya. Sebabnya jelas: Mulai hari itu
dengan keputusan Dir-Ut MNA 727 karyawan diberhentikan dan 200
lainnya dialihkan ke Garuda atau instansi lain. Ini berarti
lebih dari separoh karyawan MNA yang berjumlah 1.681 harus
berpisah dengan MNA.
Yang paling kaget ternyata para karyawan sendiri.
Desas-desusnya, April mendatang reorganisasi MNA baru akan
dilakukan. Tapi Pjs. Dir-Ut MNA RAJ Lumenta ternyata jauh lebih
gesit dari yang diduga. Tepat sebulan setelah pengangkatannya,
dikeluarkannya keputusan yang mengoperasi MNA itu. "lni tak ada
hubungannya dengan Kenop-15 tapi semata-mata berdasar
pertimbangan ekonbmi," kata Lumenta kepada TEMPO.
Rupanya banyak hal mengagetkan yang ditemui Lumenta ketika ia
masuk MNA. Jumlah karyawan yang tinggi disertai manajemen yang
bobrok menyebabkan Merpati defisit sebanyak Rp 250 juta per
bulan atau Rp 3,1 milyar per tahun. Sedang hutangnya selama ini
masih ada Rp 6,9 milyar. Mempertahankan jumlah karyawan sebanyak
semula berarti defisit 1979 akan mencapai Rp 10 milyar.
Penelitian yang segera dilakukan juga mengungkap banyak bo rok
dan penyelewengan dalam tubuh MNA. "Selama bertahun-tahun banyak
pejabat perusahaan yang terang-terangan memperkaya diri dengan
merampok uang negara lewat MNA," tutur seorang karyawan yang
masih bertahan. "Dan sedihnya, tampaknya mereka tidak akan
dituntut apa-apa," tambahnya. Betulkah itu?
Di depan DPR pekan lalu, Dir-Ut Garuda Wiweko -- yang juga
menjabat Komisaris Utama MNA -- secara tidak langsung
mengungkapkan adanya pesawat terbang yang selama ini dikira
milik perusahaan nasional, tapi ternyata hanya sewaan. Yang
dimaksudnya adalah pesawat terbang jenis Vanguard dan Viscount
MNA. "Kami pun baru tahu bahwa 3 Vanguard dan 6 Viscount yang
kami banggakan sebagai milik MNA itu ternyata hanya sewaan,"
keluh seorang pramugara MNA.
Airmata
Rencananya Boeing 707 ini akan dijual jika urusan dengan pihak
penjual semula bisa dibereskan. Sedang Vanguard dan Viscount
akan dikembalikan pada pemiliknya. Armada pesawat yang
dipertahankan akan tinggal 2 HS 748, 4 F-27, 2 Cassa 212 dan 19
Twin Otter yang sepenuhnya sudah menjadi milik MNA. Lumenta juga
merencanakan untuk meningkatkan armada Merpati dengan F-27. Lalu
bagaimana masa depan MNA?
Banyak karyawan yang menitikkan airmata ketika harus
meninggalkan MNA. "Mereka diberhentikan dan mendapat hak mereka
seperti ketentuan Departemen Nakertrans," kata Lumentagampang.
Paling tidak tiap karyawan mendapat pesangon 8 bulan gaji
ditambah jaminan kesehatan dan asuransi. Hingga seorang karyawan
dengan gaji Rp 30.000 akan mendapat pesangon paling tidak Rp
300.000 setelah 5 tahun masa kerja. MNA menyediakan dana Rp 500
juta untuk pesangon itu.
Satu lagi pemandangan baru tampak pekan ini di kantor MNA. Tidak
tampak lagi mobil besar diparkir di depan kantor. "Atas perintah
Pak Lumenta, semua mobil perusahaan seperti Toyota dan Holden
dipool mulai Senin ini, kabarnya akan dijual. Yang boleh dipakai
hanya yang sejenis VW," kata seorang karyawan. Lumenta sendii
sudah lama memakai VW: mobil standar di Garuda yang juga
digunakan Dir-Ut Wiweko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini