Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

UOB Indonesia Hentikan Kredit Batu Bara pada 2039: Kita Bantu Nasabah Diversifikasi

Pemerintah menargetkan nol emisi karbon pada 2060 dan UOB Indonesia akan mengurangi kredit batu bara dengan batas akhir pada 2039.

11 Oktober 2023 | 23.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
(Dari kiri) Head of Strategic Communications and Brand UOB Indonesia Maya Rizano, Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan, dan Ekonom Senior UOB Enrico Tanuwidjaja dalam konferensi pers UOB Gateway to ASEAN pada Senin, 9 Oktober 2023 di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. TEMPO/Amelia Rahima Sari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menargetkan nol emisi karbon atau net zero karbon (NZE) dapat tercapai pada 2060. Selaras dengan rencana pemerintah, UOB Indonesia akan mengurangi kredit batu bara dengan batas akhir pada 2039.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau bicara UOB, paling banyak kan (batu bara) di Indonesia. Singapura enggak punya batu bara. Thailand enggak punya. Malaysia saya enggak pernah dengar," ujar Harapman Kasan Wholesale Banking Director UOB Indonesia di Interview Session UOB Gateway to ASEAN Confrence di Hotel Raffles Jakarta pada Rabu, 11 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan, UOB Indonesia tidak bisa menghentikan penyaluran kredit batu bara dalam jangka pendek. "Kita enggak akan langsung exit, karena dampaknya kita harus pikirkan," kata Harapman.

Menurutnya, masih ada waktu 16 tahun sebelum kredit batu bara benar-benar dihentikan. Dalam jangka waktu tersebut, ia mengklaim UOB melakukan persiapan dengan mendampingi nasabah batu bara yang ada dimiliki untuk melakukan diversifikasi. "Tentunya kita harapkan nasabah yang bermain di batu bara punya planning diversifikasi," kata Harapman. 

Harapman menilai, saat ini nasabah UOB Indonesia yang bergerak di industri batu bara, telah memiliki rencana untuk untuk mendiversifikasi. Ia mencontohkan PT Indika Energy Tbk. (INDY) yang berencana mengurangi portofolio batu bara hingga di bawah 50 persen. 

Perencanaan diversifikasi usaha non batu bara

"Kalau company bisa diversifikasi bisnis non batu bara di atas 50 persen, kita bisa keluarkan itu dari bisnis batu bara. Apakah nikel, atau industri apapun itu," kata Harapman.

Harapman menyebut, pertanyaan selanjutnya adalah seberapa cepat proses transisi itu. Ia mengatakan proses transisi itu tidak mudah karena transisi energi memerlukan biaya yang tidak murah. "Untuk gantikan batu bara juga enggak gampang. Energi mana yang lebih murah batu bara?" ucap Harapman.

UOB Indonesia, kata dia, berharap negara maju dapat berkontribusi untuk membantu proses transisi tersebut. "Kalau enggak, transisi ini akan challenging," kata Harapman.

Harapman menegaskan, UOB Indonesia berupaya untuk membantu nasabah yang bergerak di industri batu bara untuk membuat perencanaan diversifikasi usaha mereka di luar batu bara. Namun, UOB Indonesia akan tetap tegas dengan komitmen exit batu bara di 2039.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus