Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bercerai dulu, Bob

Pendirian pabrik kertas di aceh, PT Curtis Kraft Aceh macet. George Pacific Internasional, partner Bob Hasan (PT Alas Helau) menarik diri. (eb)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KESIBUKAN Bob Hasan bertambah minggu ini. Boss sejumlah perusahaan besar yang tengah repot mempersiapkan lomba lari Proklamaton pertengahan Agustus itu hari-hari ini harus menyediakan waktu berunding dengan rekan bisnisnya, Georgia Pacific International (GPI). Pekan lalu, Menteri Perindustrian Hartarto mengungkapkan bahwa GPI sudah menyampaikan niat mundur dari usaha patungan mendirikan pabrik kertas dengan investasi US$ 410 juta di Lhok Seumawe, Aceh. Kenapa? "Ada soal intern, yang pasti mereka tak menyalahkan siapa-siapa: rekannya atau pemerintah," kata Hartarto. Bob yang minggu lalu bertemu dengan TEMPO juga belum siap mengungkapkan apa sebenarnya yang terjadi. "Saya masih negosiasi dengan mereka," katanya. Meskipun di luar tersiar kabar bahwa GPI akan meninjau semua kegiatan bisnisnya di Indonesia, Bob tak tampak gelisah. Juru bicara GPI, Frank Slover di Atlanta, Georgia pekan silam memastikan penarikan diri itu besar kemungkinan akan dimulai dari proyek Aceh. "Kami memang tengah mendiskusikan dengan rekan usaha di Indonesia mengenai status perusahaan sekarang, dan kegiatan operasionalnya di masa datang," katanya. GPI yang di Amerika pernah tercatat sebagai perusahaan ketiga terbesar dalam industri kertas dan kayu itu beberapa bulan lalu memang baru mengadakan perombakan manajemen. "Pimpinan baru sudah memutuskan akan mengubah beleid investasi luar negeri karena kesulitan keuangan," kata sebuah sumber. Bob mewakili PT Alas Helau, GPI dan pemerintah mengikat kerja sama mendirikan PT Curtis Kraft Aceh dengan modal setor US$ 160 juta November lalu. PMA patungan ini (Bob 25%, GPI 25%, dan pemerintah 50%) merencanakan produksi kertas semen (70 ribu ton) dan kertas kardus (110 ribu ton) dari bahan baku pohon pinus mercuri. Direktur Jenderal Kimia Dasar Sidharta mengatakan, sebenarnya prospek proyek itu sangat baik, terutama untuk kertas semen yang sekarang 100% masih diimpor. Tahun lalu impor kertas ini mencapai 70.000 ton. "Angka itu diperkirakan meningkat dua kali lipat tahun 1986 bersamaan dengan selesainya pabrik kertas Aceh, jika dilaksanakan," katanya pada TEMPO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus