KOMPUTER buatan Indonesia? Mesin pintar yang tangkas berhitung,
cepat memberi informasi akurat, dan pandai bermain musik itu,
sudah sejak tahun lalu dihasilkan PT Realisasi Komputer
Nusantara (RKN). "Kami menggunakan teknologi maju Amerika dan
Eropa, sedangkan efisiensinya a la Taiwan," ujar Adi R. Adiwoso,
direktur RKN.
Lelaki kerempeng yang sekilas mirip pelajar SMA itu nampaknya
tidak bohong: 65% bahan baku, seperti komponen integrated
circuit diimpor murah dari negara itu. Sedang disain dan
perakitan dibantu dengan komputer buatan Amerika.
Baru didirikan tahun lalu dengan modal Rp 1 milyar, perusahaan
ini adalah patungan antara Bakrie Brothers, Radio Frequency
Corp. (RFC), dan Siskom Nusantara. Berbeda dengan merk Apple II
yang sudah diproduksi massal, komputer mikro RKN ini produksinya
baru 100. Harganya pun masih mahal: Rp 3,5-8 juta. Titik impas
menurut Adi bisa dicapai jika produksi sudah 200 unit setahun.
"Kalau mencapai 500 setahun harganya bisa bersaing dengan
komputer merk lain," ujar Adi.
Di pasar bebas komputer RKN juga masih harus bersaing dengan
komputer tiruan merk Apple II bikinan rumah, yang penyolderan
dan perakitannya dikerjakan dengan tangan. Pembuat komputer
jenis ini, konon gampang memperoleh komponen papan rangkaian
pengganti kabel penghubung (pcb) buatan Apple di Glodok, Jakarta
dengan harga Rp 50 ribu, sedang keyboard Rp 80 ribu. Komponen
terurai semacam ini jika dirakit dengan tangan manusia, bisa
dijual sebagai komputer murah Rp 300 ribu.
Peniruan semacam itu sesungguhnya bisa pula dilakukan PT RFC,
pemegang saham RKN, yang memiliki komputer jenis pendisain HP
64.000. Di perusahaan ini, di ruangan 4 x 5 m, komputer RKN
dirakit, dan didisain. "Fasilitas di sini mampu mendisain
komputer mini hingga kapasitas memori 128 kilobytes (128 ribu
karakter)," ujar Hardianto Kamarga, direktur RFC. "Pokoknya kami
bisa mendisain komputer sesuai pesanan, dan bisa pula sekalian
mengetesnya sesudah selesai dibuat."
Fasilitas di RFC untuk sementara memang masih akan dipakai
hingga pabrik RKN sendiri, yang rencananya dibangun di Cilandak,
Jakarta, selesai tahun depan. Kelak perusahaan ini berusaha
melanjutkan pembuatan komputer yang dipadukan dengan teknologi
telekomunikasi.
Keahlian membuat komputer semacam itu diperoleh Adi sesudah
menjalani pendidikan di California Institute of Technology, Los
Angeles, dan bekerja delapan tahun di Hughes Corp., AS. Ketika
bekerja di perusahaan itu, 1976, dia pernah diminta turut
membangun stasiun bumi di Semarang, Yogya, Denpasar, dan
Bandung. Setahun kemudian, putra ke empat Adiwoso Abubakar
(Sekretaris Direktorat Jenderal Sekretariat Nasional ASEAN) ini,
dikirim ke mari mengurusi Palapa, dengan gaji US$ 60 ribu
setahun. "Penghasilan saya kini (sebagai direktur RKN) tak
sampai seperempat dari penerimaan di Hughes itu," kata Adi, 30
tahun.
Tapi usaha Adi memasyarakatkan komputer dengan harga terjangkau
itu masih dihambat dengan bea masuk dan pajak tinggi. Bea masuk
bagi pelbagai komponen setinggi itu dianggapnya kelewat besar
mengingat komputer dalam bentuk jadi banya kena 20%
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini