Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Tingkat NPL kredit kendaraan bermotor melonjak pada Agustus 2023.
Perusahaan pembiayaan meningkatkan pencadangan risiko kredit.
OJK turut mengimbau perusahaan pembiayaan melakukan langkah antisipasi merespons peningkatan risiko kualitas kredit.
JAKARTA — Industri pembiayaan atau multifinance terus berupaya menjaga kualitas penyaluran kredit, khususnya terhadap segmen kredit kendaraan bermotor. BCA Finance, misalnya, berupaya menjaga tingkat rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) perseroan tetap di bawah 3 persen.
Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim menuturkan tingkat NPL pada September lalu tercatat 2,63 persen. BCA Finance berkomitmen untuk lebih berhati-hati dan selektif dalam menyalurkan pembiayaan, meski target pembiayaan baru pada tahun ini diharapkan dapat melesat hingga Rp 37 triliun.
Adapun pada periode Januari hingga September 2023, pertumbuhan pembiayaan baru perseroan mencapai Rp 29,4 triliun atau naik 26 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu.
“Selebihnya, untuk mengantisipasi NPL, kami berusaha maksimal menagih kepada nasabah yang sudah masuk kategori macet,” ujarnya kepada Tempo, kemarin. Dari sisi porsi pembiayaan, BCA Finance masih didominasi oleh pembiayaan mobil baru sebesar 70 persen. Sedangkan pembiayaan mobil bekas sebesar 30 persen.
Langkah hati-hati juga dilakukan PT CIMB Niaga Auto Finance yang berupaya menjaga kesehatan portofolio pembiayaan untuk mengantisipasi letupan NPL. Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance Ristiawan Suherman mengatakan perusahaan memutakhirkan sistem scoring untuk menganalisis penilaian pembiayaan kepada calon debitor. “Ini dilakukan untuk memastikan kualitas nasabah yang disetujui kreditnya memiliki tingkat risiko yang terkendali,” katanya.
Mandiri Tunas Finance dalam pameran Jakarta Auto Week di Jakarta Convention Center, 15 Maret lalu. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ristiawan berujar perusahaan juga memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas asesmen kepada para calon debitor. Misalnya menggunakan teknologi telepon dengan suara robot otomatis hingga penguatan proses know your customer (KYC) yang dilakukan melalui panggilan video. Hingga September lalu, tingkat NPL perseroan tercatat 1,26 persen, dengan realisasi penyaluran pembiayaan baru mencapai Rp 6,06 triliun.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) turut menyoroti kenaikan tingkat NPL kredit kendaraan bermotor yang terjadi sejalan dengan pertumbuhan pembiayaan yang pesat. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, berujar pada Agustus lalu terdapat kenaikan NPL sektor otomotif menjadi 2,65 persen dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,60 persen.
“Kenaikan itu lebih disebabkan oleh sub-sektor industri perlengkapan dan komponen kendaraan bermotor roda empat atau lebih,” kata Dian. Meski NPL meningkat, otoritas terus memantau agar tingkat NPL itu tetap berada di batas aman, yaitu di bawah 5 persen.
Ke depan, Dian mengatakan penyaluran kredit sektor otomotif diperkirakan masih dapat meningkat sejalan dengan permintaan yang masih tinggi dengan dukungan insentif pelonggaran loan to value atau pelonggaran kebijakan uang muka kredit kendaraan bermotor serta proyeksi minat masyarakat yang masih tinggi.
Hingga Agustus lalu, pertumbuhan kredit kendaraan bermotor tercatat 14,72 persen, naik dibanding pada Agustus 2022 yang tumbuh 13,16 persen. Jika dirinci, penyaluran kredit untuk mobil roda empat masih mendominasi, yaitu mencapai 83,59 persen dengan tingkat pertumbuhan tertinggi sebesar 19,13 persen. Angka itu melesat dibanding pada tahun lalu yang sebesar 9,12 persen. Adapun tingkat NPL kredit kendaraan bermotor naik menjadi 1,99 persen dari sebelumnya 1,83 persen.
Mandiri Tunas Finance dalam pameran Jakarta Auto Week di Jakarta Convention Center, 15 Maret 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono mengimbuhkan otoritas turut mengimbau perusahaan pembiayaan untuk melakukan langkah antisipasi guna merespons peningkatan risiko kualitas kredit. Perusahaan diminta membentuk cadangan yang cukup untuk memitigasi risiko kredit, yang tecermin pada total coverage cadangan kerugian penurunan nilai dibanding total piutang pembiayaan bermasalah yang mencapai 213,26 persen. Langkah antisipasi lainnya adalah mengimbau perusahaan pembiayaan menyalurkan kredit dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian, manajemen risiko, dan tata kelola yang baik.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno berujar terdapat beberapa faktor penyebab kenaikan risiko kredit macet di industri multiguna. Perusahaan pun mau tak mau harus bersiasat untuk menghindari tingkat NPL yang terus mencekik. Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan tingkat pencadangan yang dibentuk untuk menghindari adanya kemungkinan terburuk. “Kami sudah memasukkan unsur pencadangan provisi dalam penghitungannya.”
Tak hanya itu, asosiasi juga berharap para debitor yang sudah mengalami keterlambatan pembayaran dapat merestrukturisasi agar rasio kredit macet tidak terus menanjak. “Kami berharap bisa ada perbaikan ke depan. Walau di sisi lain untuk meningkatkan pencadangan perusahaan akan berdampak pada laba akhir yang dibukukan, kami berharap semuanya lebih baik dibanding pada 2022,” ucap Suwandi.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo