Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Waspadai Kelainan Jantung Bawaan pada Anak Karena Faktor Ini

Penyakit Jantung Bawaan, terjadi di Indonesia sekitar 150 kasus setiap tahun. Waspadai penyakit jantung ini dialami anak Anda, ketahui faktornya.

30 Mei 2018 | 07.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Huang Rongming (24 tahun) seorang pekerja pabrik dengan kelainan jantung sejak lahir ini mudah merasa lelah. Ia sering mendadak pucat dan tidak bisa bernapas. Sejak kecil, orang tuanya melarang pergi bersama anak-anak lain karena kondisinya sangat lemah. Dailymail.co.uk

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kelainan pada jantung yang berkembang sebelum kelahiran, atau disebut dengan Penyakit Jantung Bawaan, terjadi di Indonesia sekitar 150 kasus setiap tahun. Kelainan ini mulai terjadi saat penderita masih berbentuk janin di dalam perut ibunya. Biasanya, pembentukan jantung berlangsung pada trimester pertama kehamilan, atau tiga bulan pertama kehamilan. "Kami biasanya mewanti-wanti kepada sang ibu pada tiga bulan pertama kehamilan jangan makan obat sembarangan dan terekspos macam-macam," ujar Oktavia Lilyasari, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Rumah Sakit Harapan Kita, belum lama ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karena pada saat itulah, kata dia, terjadi perkembangan organ, terutama jantung. Ibarat sedang membangun rumah dan bila tidak berhati-hati membangunnya, ketika hujan bisa saja atap menjadi bocor. Apa penyebabnya? Menurut dia, penyebab dari Penyakit Jantung Bawaan (PJB) bisa bermacam-macam dan sulit untuk mengetahuinya lebih pasti. Namun faktor risiko pertama adalah dari ibu. Jika sang ibu mengidap diabetes, maka si anak 20 persen berisiko mengalami penyakit jantung bawaan.  Baca: Agar Jajanan Pasar Naik Tingkat, Intip Cara Jepang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yang kedua adalah faktor genetik. Kalau seandainya orang tua, adik atau kakak menderita penyakit jantung bawaan, maka janin yang dikandung berisiko lebih besar. Apalagi bila janin kembar, hampir dipastikan keduanya sama-sama berisiko mengalami penyakit jantung bawaan. Selanjutnya adalah faktor lingkungan. Seperti karena polusi atau tinggal di suatu daerah dengan kondisi udara yang buruk, juga akan meningkatkan risiko penyakit jantung bawaan. Kemudian sindroma-sindroma. Baca: Sehun EXO jadi Best Dressed Man di Louis Vuitton, Intip Gayanya

Sindroma adalah kumpulan gejala. Ada sindroma yang diakibatkan kelainan kromosom dan yang paling sering terjadi adalah apa yang disebut dengan Trisomy 21 (Down Syndrom). Yakni kelainan genetik kromosom 21 yang menyebabkan keterlambatan perkembangan dan intelektual. "Ini biasanya dari wajahnya saja kita bisa tahu bahwa si anak memiliki down syndrom."

Kelainan kromosom yang lain adalah Trisomy 18 (Syndrom Edward). Kelainan ini menyebabkan perkembangan sangat lambat. Ini merupakan Trisomy yang mematikan. Faktor risiko berikutnya adalah infeksi yang dialami sang ibu dan yang paling sering adalah Toksoplasma dan Rubela. Toksoplasma atau Toxoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Toxoplasma Gondil. Sedangkan Rubela adalah suatu infeksi virus menular ditandai dengan ruam merah yang khas.  Baca: Nilai UNBK SMP Turun, Berpikir Kritis Anak Perlu Terus Dilatih

Faktor risiko selanjutnya yakni gaya hidup. Ibu yang suka merokok, minum alkohol, memberikan risiko yang besar kepada anak mengalami Penyakit Jantung Bawaan.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus