Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wawancara :Steve Hanke Menjagokan Dolarisasi

25 Juni 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

STEVE Hanke, masih ingat bukan? Dialah guru besar John Hopkins University yang pada awal Maret 1998 mengusulkan kepada Presiden Soeharto agar Indonesia memberlakukan kurs mata uang tetap melalui currency board system (CBS). Oleh Hanke—waktu itu sempat berkunjung ke Indonesia—sistem itu dijamin dapat menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Gagasan yang sebenarnya diharapkan dapat menahan kejatuhan nilai rupiah ini tak bisa diterima karena sistem itu baru efektif bila Indonesia memiliki cadangan dolar yang cukup besar. Pasalnya, selain cadangan dolar kita tidak memadai, Dana Moneter Internasional (IMF) pun tidak merestui. Dengan demikian, Indonesia tetap menerapkan sistem kurs mengambang (free floating rate).

Kini, ketika rupiah kembali melemah, CBS justru diperkirakan tidak akan banyak menolong. "Yang lebih pas adalah dolarisasi," kata Hanke kepada Purwani Diyah Prabandari dari TEMPO. Gaya bicara Hanke—penasihat bagi beberapa negara yang terancam krisis ekonomi—mengesankan bahwa masalah ekonomi bisa diatasi secara mudah dan pasti. Berikut ini petikan wawancara dengan Steve Hanke, yang berlangsung di kantornya di Baltimore, dua pekan lalu.


Apakah sekarang CBS masih relevan untuk menahan kejatuhan kurs rupiah?

Presiden Abdurrahman Wahid menghadapi masalah yang sama persis dengan yang dihadapi Soeharto pada Januari 1998, yakni nilai tukar rupiah yang konyol. Nah, ketika Anda tidak bisa menstabilkan rupiah, semua masalah akan muncul: politik, ekonomi, dan yang lainnya. Indonesia banyak membuang waktu. Karena itu, kunci setiap program reformasi seharusnya program yang bisa membuat rupiah stabil.

Solusinya?

Masalah itu tidak akan segera terselesaikan kecuali Indonesia mau mengadopsi dolar AS untuk mengganti rupiah sebagai mata uang yang sah, seperti dilakukan Timor Timur dan Ekuador. IMF dan AS mendukung Ekuador dalam dolarisasi mata uang sucre. Sementara itu, Montenegro dan Kosovo mengadopsi deutsche mark. Inilah yang harus dilakukan Indonesia.

Mengapa dolarisasi merupakan jalan terbaik?

Karena ekspor selalu dinilai dalam dolar. Minyak atau komoditi lainnya juga dihitung dan dibayar dengan dolar, tidak dengan rupiah. Sirkulasi dolar di Indonesia juga meningkat sejak 1998, jadi tidak akan menjadi masalah sama sekali. Lagi pula, 70 persen dolar beredar di luar AS.

Kalau dolarisasi diterapkan, bagaimana penahapannya?

Langkah-langkahnya sangat mudah. Hanya diperlukan 30-45 hari untuk melakukannya di Indonesia. Tarik semua rupiah dan tukar dengan dolar. Semua bisa ke bank dan menukarkan Rp 10 ribu untuk US$ 1 atau tergantung nilai tukarnya.

Menentukan nilai tukarnya bagaimana?

Berdasarkan nilai tukar di pasar. Saya selalu menyarankan agar membebaskan suplai rupiah di level yang ada. Bebaskan rupiah dalam periode tertentu, misalnya 30 hari, di mana nilai tukar rupiah mengambang terhadap dolar. Kemudian, amati berapa harganya pada saat itu, lalu diputuskan nilai tukar yang tepat.

Apakah hal itu dapat dilakukan dengan mudah, padahal situasi politik belum stabil?

Saya memperkirakan rupiah bakal menguat saat beredar isu akan ada dolarisasi. Sebab, itulah yang dulu terjadi saat desas-desus CBS akan diterapkan. Ketika diumumkan bahwa dalam 30 hari tidak akan ada rupiah baru, pada waktu itu kita menentukan nilai tukar rupiah ke dolar. Kemudian, dimulailah dolarisasi ekonomi.
Langkah kedua, semua aktivitas harus dilakukan dalam dolar. Akuntansi ataupun penetapan harga atau transaksi lain, semua dalam dolar. Saya sendiri melakukan ini pada November 1999 di Montenegro. Prosesnya sangat mudah dan cukup singkat.

Tapi di Indonesia, tampaknya, IMF tidak akan setuju.

Seperti saya bilang, tidak ada masalah teknis untuk dolarisasi ekonomi. IMF sudah mendukung langkah Ekuador dan bagaimana mungkin mereka menolaknya di Indonesia. Pemerintah AS juga bisa menerima CBS dan dolarisasi, seperti tecermin dalam pidato Menteri Keuangan AS Robert Rubin pada April 1999. Penggantinya, Lawrence Summers, punya pandangan yang sama. Rancangan undang-undang dolarisasi juga telah diajukan di depan komite perbankan Senat AS. Tujuan dari undang-undang itu adalah untuk mengizinkan semua negara melakukan dolarisasi.
Bahwa mereka dulu menolak, itu semua karena Soeharto. Mereka sudah tidak menginginkan Soeharto. Jadi, mereka membiarkan semua terjadi dan menimbulkan suasana chaos. Alasan utama IMF atau pemerintah AS ketika menentang CBS dulu adalah mereka ingin krisis berlanjut di Indonesia. Kalau krisis berlanjut, mereka berharap Soeharto jatuh. Ini diakui sendiri oleh bekas Direktur Pelaksana IMF Michel Camdessus.

Mengapa pendapat Anda berubah dari CBS ke dolarisasi?

Januari 1998, saya merekomendasi CBS. Sekarang, saya mengusulkan dolarisasi, yang memang sangat dekat ke CBS. Seperti yang saya bilang, secara ekonomis, keduanya sangat identik. Bedanya, jika CBS yang dipilih, mata uangnya tetap rupiah.

Mengapa Anda tidak merekomendasikan sejak dulu, tahun 1998?

Ada dua alasan. Saat itu sangat penting bahwa keuntungan yang diperoleh dengan CBS akan didapat pemerintah karena pemerintah sangat memerlukan uang. Alasan lainnya, pembahasan serius di Kongres AS baru terjadi sekitar Januari 1999. Inilah yang menjadi dasar penggunaan dolar secara politis.

Anda yakin Indonesia bisa menerima dolarisasi?

Kini dolarisasi sudah menjadi gerakan yang didukung oleh IMF dan AS. Soeharto tidak lagi berkuasa. Situasi di Indonesia jelas menunjukkan Anda perlu sesuatu yang sangat sederhana dan mudah dimengerti, sesuatu yang benar-benar jauh dari manipulasi atau semacamnya. Jika ada orang dari Indonesia mendatangi saya dan mengatakan bahwa Presiden Abdurrahman Wahid telah memikirkan hal ini, saya akan bilang, "Bagus. Mari kita lakukan besok."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus