Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Yang besar dulu

Menteri Perindustrian, Hartarto meresmikan pabrik tekstil di jawa tengah. kredit bank bisa didapat na mulai bisa mengekspor hasil produksi. (eb)

1 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PASAR tekstil lokal masih lesu. Tapi lima pabrik baru di Jawa Tengah justru dibuka pekan lalu. Keberanian para pengusaha ini dipuji Menteri Perindustrian Hartarto. Didampingi sejumlah menteri, hari itu Menteri Hartarto meresmikan pabrik PT Madukaran Sandang Indah di Pekalongan, Saritex Jaya Swasthi, dan Mafahtex di Batang. Esoknya, 22 September, di Solo ia meresmikan dua pabrik lagi: PT Dan Liris dan Kusuma Hadi Santoso. Kelima pabrik itu total menyerap investasi Rp 192,7 milyar, dan sebagian besar dana diperoleh dari bank. Mengapa bank berani membiayai? "Ini permintaan Investasi tahun 1981," ujar Teuku Abdullah, direktur BNI 1946. Kala itu pasar tekstil memang masih bagus. "Kalau sekarang mereka minta kredit, kami harus pikir-pikir," tambahnya. Dengan suntikan kredit antara lain dari BNI 1946 itu, Madukaran yang menanamkan dana seluruhnya Rp 3 milyar membeli 300 mesin tenun berkapasitas 518 ribu yard sebulan. Bersama Indian Bank di Singapura, BNI 1946 juga memberi kredit Rp 4 milyar pada PT Saritex. Dengan dana itulah, antara lain, Saritex lantas membangun pabrik di Batang, di atas tanah seluas 25 ribu m2 dan mampu menyerap 720 tenaga kerja. "Pabrik baru ini berkapasitas 700 ribu yard bahan celana, serta 400 ribu yard bahan kemeja," kata H. Sachur Muknin, dircktur Saritex pada TEMPO. Setelah devaluasi Maret lalu, menurut Direktur Utama BBD Omar Abdallah, pengusaha tekstil kini bisa merevisi perhitungan untung-rugi. Hasilnya, "mereka mulai bisa mengekspor hasil produksi, dan kami berani membiayai lagi pabrik tekstil," katanya pada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. Padahal, sebelum devaluasi, kata Omar, pabrik tekstil bagaikan orang yang bisa makan, tapi tak bisa "ke belakang". Alias sakit. Karena itulah, pihak perbankan berani membiayai pabrik tekstil terintegrasi seperti PT Dan Liris dan PT Mafahtex. Dan Liris, yang dipimpin kakak beradik Handoko dan Handiman yang tersohor dengan Batik Keris, misalnya, mendapat kredit Rp 46,5 milyar dari konsorsium bank pemerintah dan swasta. Didirikan tahun 1974, Dan Liris bisa memperluas pabriknya 1982, dan mulai berproduksi Juni tahun ini. Kini Dan Liris menjadi pabrik terpadu. Ia memproduksi benang tenun, kain (tetoron cotton) dan juga kain katun. "Setahun, kapasitas produksi kami 43 ribu bal benang tenun, serta 80 juta yard yang berwujud kain," kata Handoko, yang mempekerjakan 8.500 karyawan ini. Hanya separuh produksinya yang dijual di pasar lokal, selebihnya diekspor. BBD juga memberi kredit pada Mafahtex Rp 1,5 milyar untuk membuka unit finishing. Berkapasitas 500 ribu meter sebulan dan menyerap 493 tenaga kerja, unit ini yang total memakan dana Rp 2,7 milyar melengkapi unit tenun dan printing yang sudah ada. "Dengan tiga unit ini, kami menjadi pabrik terpadu," kata Munir, asisten direktur Mafahtex. Untuk mengatasi kelesuan pasar, pemerintah memang mengambil beleid jangka pendek: menyelamatkan lebih dulu kelangsungan hidup 24 pabrik tekstil besar yang terpadu dan menghasilkan tekstil kualitas tinggi untuk ekspor. Para pengusaha yang tergabung dalam Persatuan Pembatikan Indonesia Pekalongan (PPIP), yang sangat terpukul resesi, meminta agar pemermtah juga memberi "cagar alam" pada pabrik tekstil kecil. "Jangan hanya anoa di Sulawesi saja yang dicagaralamkan. Juga industri kecil," kata H. Noor Basya Djunaid, ketua PPIP.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus