DALAM resesi ekonomi lumrah kalau persaingan dagang antarnegara
di pasar internasional makin tajam. Semua pihak berusaha
memperluas pasarannya, di samping itu juga menutup pintu untuk
barang dari luar. Dan kalau masalahnya sudah dagang,
negara-negara yang berada satu kubu ideologi pun bisa
bertentangan. Sebuah panel yang terdiri dari wakil perdagangan
AS, seorang Senator, dan delegasi MEE, berusaha membahas masalah
proteksionisme dan perdagangan bebas dengan koran New York Times
Juli lalu.
AS biasanya dipandang sebagai pihak yang paling luwes dan
toleran dalam perdagangan dibanding MEE atau Jepang. Filsafatnya
yang liberal tidak menyukai adanya segala bentuk pengaturan
dalam perdagangan.
Dengan latar belakang seperti inilah rupanya Senator Bill
Bradley dari New Jersey dalam panel tersebut mengatakan: "Saya
rasa AS telah lebih melibatkan dirinya pada pengaturan
multilateral dibanding dengan Jepang dan Eropa." Sir Roy Denman,
ketua delegasi MEE rupanya kurang enak mendengar ini. Jawabnya
kontan: "Well, kita lihat saja contoh yang menarik, impor barang
jadi sebagai bagian dari GNP masing-masing negara: untuk MEE 6%
pada 1982, untuk AS 4,5%, dan Jepang hanya 2,3%. Satu tanda yang
cukup menunjukkan bahwa MEE pun punya rekor yang bagus dalam
perdagangan bebas."
Satu hal lagi yang menimbulkan friksi antara AS dan MEE adalah
kontrak pemasangan pipa gas alam di Siberia yang ditandatangani
tempo hari antara MEE dan Uni Soviet. MEE memang tergoda oleh
milyaran dollar yang dihasilkan dari kontrak ini seraya
mengesampingkan alasan ideologis. Sebaliknya, AS, untuk alasan
strategis menentang keras kontrak ini.
Sir Roy menyangsikan apakah tindakan AS itu tidak menyalahi
prinsip GATT (Peraturan di bidang Tarif dan Perdagangan). Wakil
Perdagangan AS, William Brock, menyebut hal ini sebagai masalah
komunikasi. Katanya: "Selama 10 atau 11 tahun terakhir ini,
perbedaan pandangan antara AS dan MEE dalam soal perdagangan
Timur-Barat makin besar. Pada saatnya memang akan meledak,
apakah hal itu menyangkut pipa gas, tank, atau klip kertas."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini