Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

7 Mitos soal Glaukoma dan Faktanya

Untuk lebih memahami gangguan penglihatan ini sekaligus meningkatkan kewaspadaan, berikut mitos soal glaukoma dan faktanya.

5 Januari 2024 | 14.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Visualisasi orang dengan glaukoma/JEC

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Januari dijadikan Bulan Kepedulian Glaukoma, masalah mata yang oleh  American Academy of Ophthalmology (AAO) disebut sebagai pencuri senyap penglihatan. Sekitar 3 juta orang di Amerika Serikat disebut menderita masalah gangguan penglihatan ini namun hanya separuhnya yang sadar mereka berpotensi kelihatan penglihatan, seperti dilaporkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk lebih memahami kondisi ini sekaligus meningkatkan kewaspadaan, berikut mitos soal glaukoma dan faktanya, seperti dibagikan Fox News Digital.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Orang tahu saat menderita glaukoma
Menurut AAO, glaukoma tak ada gejala pada tahap awal. Gangguan penglihatan yang disebabkan sekelompok kondisi okular yang merusak saraf optik ini adalah penyebab kebutaan kedua di dunia, menurut CDC.

Hanya menyerang lansia
Semua orang bisa mengalaminya tapi risiko bertambah seiring usia. "Glaukoma adalah penyebab kebutaan terbanyak pada orang di atas 60 tahun," kata AAO. Bahkan bayi pun bisa mengalaminya dan diperkirakan 10 ribu bayi lahir dengan kondisi ini, sebut Yayasan Glaukoma.

Faktor keturunan
Jika adaa keturunan glaukoma, semua anggota keluarga, termasuk anak-anak, harus menjalani pemeriksaan mata, saran Yayasan Glaukoma. Namun, orang yang tak ada keturunan pun tetap berisiko mengalaminya. Kelompok dengan risiko tertinggi adalah berusia 40 tahun ke atas, pernah mengalami cedera mata, rabun jauh atau dekat, pengguna steroid untuk waktu lama, menderita diabetes, migrain, atau tekanan darah tinggi, begitu menurut AAO.

Tak diperngaruhi etnis
Orang keturunan Afrika Amerika berisiko enam kali lebih tinggi terkena glaukoma dibanding rekannya yang berkulit putih. Mereka juga berisiko mengalaminya lebih dini, kata CDC. Warga keturunan Asia juga lebih berisiko tapi riset terbaru menunjukkan kondisi ini paling umum pada keturunan Hispanik.

Ada peningkatan tekanan di mata
Banyak jenis glaukoma tapi satu kesamaan umum adalah kerusakan saraf optik. Tak semua penderita menderita tekanan di mata atau intraocular eye pressure (IOP) meski kebanyakan mengalaminya.

Penderita hipertensi paling berisiko
Penderita hipertensi tak selalu mengalami tekanan di mata, begitu juga sebaliknya.

Penderita glaukoma berisiko buta
Glaukoma memang penyebab utama kebutaan yang bisa dicegah. Sekitar 90 persen kebutaan karena glaukoma bisa dicegah dengan deteksi dini, diagnosa, dan perawatan yang tepat, jelas Yayasan Glaukoma. Kondisi ini juga bisa dicegah dengan obat tetes mata khusus.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus