Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penyintas diabetes di Indonesia disinyalir melonjak. Dilansir dari statista.com, hingga tahun 2024 ini terdapat 9.5 juta laporan penyakit diabetes di Indonesia. Peningkatan risiko itu terjadi karena banyak masyarakat tidak menjalankan pola hidup sehat.
Diabetes memiliki 2 tipe penyakit yang menyerang tubuh. Tipe pertama, terjadi pada anak-anak akibat sel-sel dalam tubuh tak dapat menghasilkan insulin. Dilansir dari laman Diabetes UK, diabetes tipe 2 terjadi akibat hormon insulin yang tidak dapat bekerja dengan baik karena tidak menjalankan pola hidup sehat hingga faktor genetik.
Di masyarakat, dikenal istilah diabetes kering dan diabetes basah. Dilansir dari publikasi ilmiah Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura berjudul Gambaran Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Melitus terhadap Komplikasi Diabetes Melitus karya Ningrum, diabetes basah identik dengan luka yang sukar sembuh, terus basah akan cairan, dan bernanah.
Penderita diabetes yang basah ini kehilangan kemampuan lapisan kulit untuk menutup serta menyembuhkan luka. Kondisi itu disebabkan rusaknya sel saraf. Akibatnya tak jarang diabetes dengan luka basah membungkus bagian yang luka tersebut agar cairan di dalamnya tidak melebar serta menyebarkan aroma tidak sedap.
Dilansir atas Healthline, terdapat istilah gangren untuk menyebut pasien diabetes yang alami kematian jaringan tubuh sehingga mengganggu peredaran darah. Pasien diabetes jenis ini tergolong kering, luka tidak terbuka, namun, lama kelamaan bagian tubuh yang harusnya terluka tersebut akan menghitam akibat tersendatnya aliran darah. Saat kondisi semakin parah, umumnya medis akan mengambil tindakan amputasi agar pembusukan tidak kian parah.
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, penderita diabetes arus pandai-pandai mengontrol gula darahnya. Laman itu menyebut ada beberapa tanda seseorang berpotensi terkena diabetes, yaitu:
1. Kurang Waktu Tidur
Diabetes tipe 2 umumnya disebabkan atas penggunaan hormon insulin yang di ambang batas, meskipun insulin pada diabetes tidak normal penderita diabetes harus tetap mengontrol hormon tersebut. Salah satunya yakni tidur yang cukup agar tubuh segar dan insulin tetap terjaga.
2. Melewatkan Sarapan Pagi
Penderita tetap harus menjaga pola makannya agar tetap imbang, sarapan, makan siang, dan makan sore. Meninggalkan aktivitas sarapan di pagi hari berisiko untuk menaikkan gula darah bagi penderita.
3. Masih Konsumsi Kafein
Meskipun meminum kopi tanpa gula sekalipun, gula darah dalam tubuh penderita masih dapat melonjak. Karena beberapa penderita justru sangat sensitif terhadap kafein, kafein juga membuat tubuh sedikit beristirahat yang malah memperparah kondisi.
4. Mengonsumsi Pemanis Buatan
Dalam makanan dan minuman instan pemanis buatan masih digunakan meski dalam batas yang sedikit. Penderita harus benar-benar lepas dari pemanis buatan yang berpengaruh besar terhadap kadar gula darah.
5. Terlalu Sering Minum
Minum air putih memang menyegarkan dan menyehatkan, namun, untuk beberapa kasus diabetes membiarkan tubuh dehidrasi justru pilihan yang tepat. Hal ini dikarenakan gula darah lebih mudah dikontrol, oleh karena itu dalam medis penderita lebih sering disarankan untuk puasa.
6. Terpapar Matahari Terlalu Sering
Saat kulit terbakar matahari, umumnya saraf akan mengirimkan sinyal ke otak bahwa ada rasa sakit di sana. Rasa sakit yang timbul tersebut menyebabkan stres pikiran yang dapat meningkatkan gula darah. Maka lakukan dengan cukup.
7. Dawn Phenomenon (Fenomena Fajar)
Menurut penelitian ilmiah terdapat istilah fenomena fajar di mana semua orang termasuk penderita diabetes akan alami lonjakan hormon menjelang pagi. Untuk mengatasinya yaitu lakukan aktivitas fisik atau olahraga ringan.
Pilihan Editor: Apakah Penyakit Diabetes pada Anak Bisa Disembuhkan?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini