Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Agar Anak Tak Bingung Bahasa

Tak semua anak bisa menyerap lebih dari satu bahasa sekaligus. Bisa menyebabkan keterlambatan bicara.

26 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Agar Anak Tak Bingung Bahasa/Tempo
Perbesar
Agar Anak Tak Bingung Bahasa/Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

SUSAN Bachtiar kerap galau melihat perkembangan anak-nya, Tristan Nathaniel van Tongeren, lima tahun lalu. Kala itu usia Tristan sudah dua setengah tahun, tapi ia belum juga bisa berbicara. “Dia bisa memanggil ‘mama’, ‘papa’, tapi belum bisa ngomong dalam satu kalimat,” kata Susan beberapa waktu lalu.

Tristan juga sering asyik sendiri dan gemar mengurutkan benda. Susan waswas karena tiga perilaku itu tergolong gejala -autisme. Namun psikolog yang memeriksa Tristan menampik kekhawatirannya. Sang psikolog mengatakan Tristan mengalami kebingungan berbahasa lantaran diajari tiga bahasa sekaligus: Indonesia, Inggris, dan Belanda. Ayah Tristan, Roger van Tongeren, berasal dari Belanda.

Psikolog itu menyarankan satu bahasa saja yang dipilih sehingga Tristan bisa berbicara dengan lancar. Namun ayah Tristan menolak anjuran itu. “Ia ngotot karena anak temannya tetap lancar berbicara de-ngan beberapa bahasa,” ujar Susan.

Kemampuan berbicara Tristan tak menunjukkan perkembangan berarti sampai usianya hampir empat tahun. Psikolog lain yang mereka datangi lagi-lagi menyarankan penggunaan satu bahasa dulu. Ayah Tristan akhirnya sepakat. Mereka menggunakan bahasa Inggris.

Belum sebulan anjuran tersebut dipraktikkan, Tristan sudah nyerocos. Keluarganya tercengang karena dulu ia sangat pendiam. Tristan sendiri bahkan takjub akan kemampuannya yang tiba-tiba muncul tersebut. “Mama, I can talk like you!” tutur Susan, menirukan ucapan Tristan waktu itu. Susan lega. Ia meladeni semua perkataan Tristan.

Masalah keterlambatan bicara sering membuat orang tua khawatir. Menurut dok-ter spesialis anak Arifianto, keterlambatan bicara bukanlah sumber masalah, melainkan tanda bahwa anak memiliki problem.

Secara umum, penyebab keterlambatan bicara bisa bermacam-macam. Misalnya anak memiliki problem pendengaran, adanya gangguan perkembangan otak, atau terjadi kebingungan berbahasa seperti yang dialami Tristan. Maka, untuk mengetahui akar masalahnya, dokter akan lebih dulu memeriksa apakah perkembangan motorik kasar, motorik halus, dan personal-sosialnya bermasalah. “Kalau tak ada masalah pada tiga hal ini, baru dilihat ke perkembangan bahasanya,” ujar Apin—sapaan Arifianto—dokter Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Dia menerangkan, ada dua jenis kemampuan berbahasa anak, yaitu reseptif (penerimaan) dan ekspresif. Ketika anak memahami ucapan orang lain, seperti mengerjakan apa yang disuruh, berarti kemampuan reseptifnya normal. Namun, ketika ia diajak berbicara hanya diam atau menjawab dengan kata yang tak dipahami, bisa jadi kemampuan ekspresifnya yang bermasalah.

Problem berbahasa ekspresif bisa terjadi karena anak diajari lebih dari satu bahasa sekaligus. Menurut konsultan psikologi Friska Asta, anak bisa bingung terhadap perbedaan struktur kalimat antara bahasa satu dan yang lain. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, you are beautiful diartikan sebagai “kamu cantik”, bukan “kamu adalah cantik”. Karena bingung, anak akhirnya memilih diam.

Dari pengalaman Friska, masalah keterlambatan bicara yang disebabkan oleh bingung bahasa seperti ini mulai banyak terjadi sekitar tiga tahun lalu. Dalam satu tahun, ia bisa menangani tiga anak. “Mungkin karena kebutuhan bahasa internasional sehingga banyak orang tua yang mengajarkan lebih dari satu bahasa,” ucapnya.

Agar Anak Tak Bingung Bahasa/Tempo

Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo punya pasien lebih banyak. Vera bisa menangani tiga-empat anak dalam sebulan. Kebanyakan pemicu bingung bahasa itu stimulus yang kurang tepat pada tahun-tahun awal kehidupan anak, misalnya pemakaian gawai terlalu dini dan berlebihan.

Vera mengungkapkan, bingung bahasa juga bisa muncul lantaran orang di sekitar anak berbicara dengan mencampurkan bahasa ibu dan bahasa asing. Juga cara belajar yang salah, seperti membiarkan anak mempelajari bahasa asing lewat gawai sehingga belajar hanya secara satu arah. “Belajar bahasa itu harus interaktif, dua arah,” katanya.

Tapi tak semua anak mengalami masalah ini. Banyak anak tetap lancar berbicara meski lingkungannya menggunakan lebih dari satu bahasa. Anak yang dibesarkan dalam keluarga dari daerah yang tinggal di Jakarta, misalnya, banyak yang lasuh menggunakan lebih dari satu bahasa sekaligus. “Ada anak yang kemampuan berbahasanya seimbang bisa menyerap semuanya. Tapi ada juga yang tidak seimbang, yang membuatnya kesulitan,” tutur Vera.

Tahap Perkembangan Bahasa Anak/Tempo

Nah, jika orang tua ingin menggunakan lebih dari satu bahasa kepada anak, Vera punya tip. Praktikkan metode satu orang tua, satu bahasa. Misalnya ibu menggunakan bahasa ibu, ayah berbahasa asing. Lakukan hal itu dengan konsisten sehingga anak lebih mudah berganti bahasa.

Awalnya, anak mungkin akan menggunakan bahasa yang lebih mudah baginya ketika berbicara dengan ayah, yang memakai bahasa asing. Tapi ayah bisa meneruskan penggunaan bahasa asing sehingga lambat-laun anak akan meniru dan menguasainya juga.

Penggunaan bahasa yang konsisten ini penting buat anak. Kalau dari awal orang tua sudah berbicara dalam beberapa bahasa sekaligus, bisa jadi anak tetap lancar berbicara. Tapi sampai dewasa pun ia akan menggunakan bahasa campuran.

Friska pernah mendapati seorang remaja tak diterima di perguruan tinggi karena hal tersebut. Dosen yang mewawancarai remaja itu keberatan lantaran ia menggunakan bahasa campuran, Indonesia-Inggris. Kepada Friska, si remaja mengaku membutuhkan lebih banyak waktu untuk berpikir ketika diminta hanya menggunakan satu bahasa. “Karena dari kecil ia diajari- bahasa campur sehingga sulit berfokus pada satu bahasa,” ujarnya. Untuk remaja yang mengalami hal demikian, Friska menyarankan melatih fokus pada satu bahasa dengan menulis.

Jika Ingin Lebih dari Satu Bahasa/Tempo

Setelah melewati masa bingung bahasa, Tristan kini sudah lancar berbicara tiga bahasa sekaligus. Susan dan keluarganya sepakat membuat jadwal hari berbahasa. Senin sampai Jumat mereka menggunakan bahasa Inggris, Sabtu bahasa Belanda, dan Ahad bahasa Indonesia.

Ia pun membiasakan Tristan menuntaskan satu bahasa dalam satu kalimat. “Telinga saya pengeng kalau mendengar dia ngomong campur-campur,” ucapnya. 

NUR ALFIYAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Nur Alfiyah

Nur Alfiyah

Bergabung dengan Tempo sejak Desember 2011. Kini menjadi redaktur untuk Desk Gaya Hidup dan Tokoh majalah Tempo. Lulusan terbaik Health and Nutrition Academy 2018 dan juara kompetisi jurnalistik Kementerian Kesehatan 2019. Alumnus Universitas Jenderal Soedirman.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus