Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tanaman akar bajakah (Spatholobus littoralis Hassk) dianggap berkhasiat untuk pengobatan herbal. Akar bajakah bersumber dari tumbuhan merambat pohon kayu Karl dari suku Phaseolea, seperti dikutip dari laporan ilmiah Karakterisasi Tumbuhan Akar Bajakah (Spatholobus littoralis Hassk) dari Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara.dalam Jurnal Riset Teknologi Industri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akar bajakah sering dibicarakan khasiatnya untuk mengobati kanker, karena mengandung metabolit sekunder (golongan senyawa mikroorganisme). Akar bajakah memiliki kandungan senyawa kimia yang berlainan tergantung jenisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tumbuhan itu terdiri atas 29 spesies, misalnya tanaman akar bajakah merah dan putih. Menurut penelitian, kadar air di kulit tanaman akar bajakah merah sebesar 5,95 persen dan flavonoid 32,49 parts per million. Sedangkan akar bajakah putih memiliki kandungan fenolik sebesar 163,88 atau kurang lebih 74,75 parts per million. Adapun kadar tanin sebesar 635,63 atau kurang lebih 61,69 parts per million.
Peneliti di Laboratorium Kimia Bahan Alam Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ahmad Fathoni mengatakan, tumbuhan akar bajakah memiliki banyak kandungan senyawa. Kandungan akar bajakah, yaitu fenolik, steroid, tannin, alkaloid, saponin, terpenoid, hingga alkaloid.
“Senyawa aktif antioksidan yang berlimpah membuatnya mampu menjadi penawar radikal bebas," kata Fathoni kepada Tempo.
Pada 2019, akar bajakah menarik perhatian publik bermula ketika tiga siswa SMA Negeri 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah meneliti tumbuhan itu yang berkhasiat mengobati kanker. Penelitian itu sampai di ajang kompetisi Life Science di Seoul, Korea Selatan pada 25 Juli 2019.
Penelitian siswa itu menggunakan dua ekor mencit atau tikus putih kecil putih telah dipengaruhi zat pertumbuhan sel tumor atau kanker. Sel kanker yang berkembang memunculkan benjolan, dari kepala hingga ekor. Cairan kayu bajakah mampu menyelamatkan tikus itu.
Fathoni menjelaskan, perlu isolasi senyawa aktif agar lebih efektif digunakan sebagai obat antikanker. Menurut dia, perlu riset lanjutan tumbuhan bajakah sebagai obat antikanker yang aman terjaga khasiatnya juga berkualitas tinggi "Diperlukan upaya bersama untuk tetap menjaga kelestariannya,” katanya.
Uji klinis (pengujian ke manusia) juga diperlukan terkait aspek keamanan dan khasiat. Itu supaya nilai obat tradisional (jamu) kayu bajakah meningkat menjadi bentuk ketersediaan herbal standardisasi maupun fitofarmaka.
WILDA HASANAH