Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Walaupun belanja online terus meningkat di Indonesia, masih banyak masyarakat yang lebih menggemari belanja langsung. Ternyata belanja offline sudah menjadi bagian dari budaya Indonesia, yang berbeda dengan luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau di Iuar negeri lebih individual, dengan kesibukannya lebih senang belanja online sendiri. Kalau di Indonesia, seperti misalnya arisan, tidak mungkin mau menggunakan skype, maunya ketemuan di restoran. Itu daya tarik belanja offline untuk masyarakat Indonesia,” jelas Ellen Hidayat, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia DPD DKI Jakarta di Kamis, 11 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat perbelanjaan juga semakin kreatif, mengadakan berbagai acara dan kegiatan yang tentunya tidak bisa didapatkan melalui belanja online.
“Pemakai internet di Indonesia juga hanya 120 juta, dan tidak semuanya belanja online. Jadi, itu masih banyak banget yang bergantung pada belanja di toko retail. Mal dan restoran-restoran juga sekarang memiliki desain menarik, jadi tidak hanya belanja saja, bisa selfie, menikmati kegiatan lain, foto-foto, banyak tambahannya,” tutur Roy Mandey selaku Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia.
Karena itu, desain toko dan mal yang interaktif selalu menarik perhatian. Namun tentu saja perlu diakui bahwa belanja online juga banyak peminatnya.
“Toko retail offline juga memang semakin banyak yang punya toko online, karena mengikuti perubahan zaman. Tapi bukan berarti pembeli offline menurun,” lanjut Roy.