Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Alasan Remaja Lebih Rentan Gangguan Kejiwaan karena Game Online

Psikolog jelaskan kenapa anak dan remaja lebih rentan alami gangguan jiwa karena kecanduan game online.

21 Juli 2019 | 22.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi anak main game. Shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak dan remaja lebih rentan mengalami gangguan kejiwaan karena kecanduan bermain game online tertentu. Sebabnya adalah ketertarikan mereka terhadap visual lebih tinggi dibanding kelompok usia lain.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Anak-anak biasanya suka sama gambar-gambar dan suara," kata Kepala Pusat Layanan Psikologi Pradnyagama Retno IG Kusuma di Denpasar, Sabtu, 20 Juli 2019. 

Kalau udah kecanduan, timbulah halusinasi kinestetik. Misalnya, ketika mereka main sebuah permainan dengan audio yang mudah diingat, suaranya akan terus melekat pada si anak walaupun sedang tidak dimainkan. 

Halusinasi kinestetik, menurut Retno, merupakan kondisi ketika anggota badan seseorang bergerak seolah olah sedang memainkan sebuah permainan dalam sebuah ruang. Gangguan halusinasi itu seringkali dialami para pecandu game online baik pada anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Gangguan kejiwaan atau gangguan perkembangan dan gangguan emosi bisa berdampak pada malas belajar, prestasi menurun. Ketika tidak dituruti permintaanya, mereka mengamuk dan menunjukkan perilaku-perilaku eksesif.

Perilaku eksesif lain yang akan ditunjukkan remaja ketika mengalami gangguan jiwa, menurut Retno, dapat berupa belanja konten-konten yang ditawarkan di dalam game online secara berlebihan. Padahal, harga konten game itu dapat mencapai jutaan rupiah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Retno menjelaskan proses gangguan kejiwaan terjadi ketika seseorang memilih konten yang mengandung kekerasan atau konten lainnya yang dapat mempengaruhi kejiwaan. Dari konten tersebut, remaja dapat memunculkan perilaku agresif seperti perubahan emosi, psikis, dan pikiran.

"Nah, apalagi kalau remaja yang sedang stres gitu ya. (Ketika hal) yang cuma bisa dilihat adalah game dengan kekerasan, mereka bisa melimpahkan emosinya ke sana. (Mereka) mulai belajar kalau caranya melakukan kekerasan pada orang begini," katanya.

Retno mengatakan proses penyembuhan untuk para pecandu game digital itu tergantung pada usia dan rentang waktu mengalami gangguan itu. Selain itu, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi penyembuhan kecanduan game online yaitu lingkungan sosial serta status ekonomi dan latar belakang pribadi pecandu.

"Kalau sumber (kecanduan) karena kesepian atau dikucilkan di sekolah, berarti dia perlu beberapa teman atau dia butuh dukungan aktivitas. Kami akan datangkan bersama orang tuanya. Kami juga akan memodifikasi perilaku dan lingkungannya untuk mengurangi aktivitas bermain game online," katanya.

Retno mengharapkan dukungan penuh dari orang tua agar memberikan pengawasan dan pemahaman tentang bahaya bermain game online secara berlebihan dengan memberikan kegiatan fisik kepada anak seperti penyaluran hobi ataupun kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.

ANTARA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus