Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Alasan Tak Boleh Terlalu Sering Makan Satai

Dokter menyarankan sebaiknya tidak makan satai lebih dari 2-3 kali sepekan karena tergolong sudah berlebihan. Apa dampaknya?

3 Maret 2023 | 14.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar
sate kambing (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam konsultan hematologi-onkologi medis Faizal Drissa Hasibuan tidak melarang makan satai. Namun, sebaiknya tidak lebih dari 2-3 kali sepekan karena tergolong sudah berlebihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau memakai arang dan sering, tidak disertai konsumsi serat yang cukup, dia akan membuat deposit di permukaan usus, membuat radang karena yang dibakar itu akan menimbulkan oksidasi yang disebut nitrile amine," jelasnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, risiko radang pada usus akan lebih kecil pada  yang menyantap satai dibakar dengan arang, misalnya hanya sekali sebulan, lebih banyak menyantap sayuran dan buah, serta rutin berolah raga.

"Memang ada risiko kalau yang memakai arang, kalau yang tidak pakai arang lebih aman," kata Faizal.

Waspadai penggunaan teflon
Selain tentang satai, Faizal juga membahas mengenai penggunaan teflon. Dia mengingatkan agar berhati-hati menggunakan teflon karena sejumlah literatur menyebut merek untuk bahan kimia sintetik yang disebut polytetrafluoroethylene (PTFE) itu berisiko menimbulkan kanker.

"Bahan dasar panci, terutama penggorengan itu, mesti hati-hati. Ada beberapa literatur yang menyebutkan teflon juga berisiko menimbulkan kanker, terutama yang sering dipakai itu terkelupas, gabung dengan makanan, kalau berulang-ulang memang berisiko," ujarnya.

Sementara itu, seperti dilansir Healthline, adanya kekhawatiran pada penggunaan peralatan masak teflon dan risiko kanker bukan tentang teflon itu sendiri tetapi ada hubungannya dengan asam perfluorooctanoat (PFOA), yakni bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan teflon. PFOA pernah digunakan dalam pembuatan teflon. 

Sejak 2013, semua produk bermerek Teflon bebas PFOA. Meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara PFOA dan kanker, tidak ada hubungan yang terbukti antara teflon dan kanker. Studi umumnya melibatkan paparan PFOA yang sangat tinggi memunculkan hasil beragam. Beberapa penelitian menunjukkan zat polifluoroalkil (PFAS) tingkat tinggi tertentu dapat menyebabkan peningkatan risiko sejumlah kanker seperti kandung kemih, ovarium, prostat, dan testis.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus