Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pemuda di Tapos, Depok, Rifki Azis Ramadhan, 23 tahun, tega menghabisi nyawa ibu kandungnya dan menganiaya ayahnya. Menurut pengakuannya, ia kerap dimarahi sejak kecil hingga sampai hati berbuat kekerasan pada kedua orang tuanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Banyak tulisan dan pendapat pakar yang menyebut kaitan pola asuh yang sangat mempengaruhi perkembangan sehingga dapat menyebabkan efek negatif di masa datang. Apalagi, setiap orang tua memiliki pola asuh berbeda dan ada yang cukup ketat sehingga terkesan galak dan tak berkenan di hati anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Medicinenet, sebenarnya banyak orang tua yang bermaksud baik dan percaya pola asuh adalah yang terbaik untuk anak-anak dengan menetapkan batasan yang ketat, seperti pola asuh otoriter yang kemungkinan berdampak negatif. Pola asuh ini biasanya kurang terbuka saat berdiskusi atau mendengarkan sudut pandang anak.
Orang tua yang otoriter cenderung berharap anak-anak mengikuti perintah tanpa perlawanan, memiliki aturan ketat yang harus dipatuhi, dan sangat menuntut anak. Jika pola asuh otoriter ini diteruskan maka kemungkinan efek negatif berikut sangat besar kemungkinan terjadi pada anak.
Sebuah penelitian terhadap mahasiswa menemukan yang orang tuanya lebih otoriter maka tingkat kepercayaan diri bisa rendah. Mahasiswa ini kebanyakan memiliki lebih banyak masalah perilaku, menunjukkan lebih sedikit inisiatif dan ketekunan daripada yang orang tuanya tak begitu ketat.
Selain itu, anak dengan orang tua yang memiliki pola asuh ketat biasanya lebih mengabaikan mereka dan kemungkinan anak akan lebih cemas hingga depresi di masa depan. Selain itu, anak dengan orang tua otoriter lebih mungkin dirundung atau menjadi perundung. Keduanya sangat mungkin karena anak yang diasuh dengan ketat memiliki harga diri yang lebih rendah dan merupakan target yang lebih mudah bagi para perundung. Mereka juga bisa menjadi perundung karena melihat perilaku itu dicontoh di rumah.
Banyak masalah perilaku
Sebuah penelitian terhadap 600 anak berusia 8-10 tahun menunjukkan yang punya orang tua otoriter memiliki masalah perilaku paling banyak. Mereka menunjukkan perilaku yang lebih menantang, hiperaktif, agresif, dan cenderung antisosial.
Sebuah penelitian di Universitas Georgia, Amerika Serikat, menemukan anak-anak yang orang tuanya tegas atau keras lebih cenderung banyak bertingkah. Mereka juga kurang mampu mengatur diri sendiri dan memecahkan masalah saat dewasa. Ketika anak-anak masih kecil, orang tua cenderung memberikan pedoman harus ini dan itu sesuai kehendak mereka. Masalahnya ketika memasuki masa remaja, anak belum belajar mengatur perilaku sendiri dan tidak memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah secara efektif.
Bukan hanya masalah mental, anak usia prasekolah dengan orang tua otoriter 35 persen lebih mungkin mengalami obesitas daripada teman sebaya. Anak usia sekolah dengan orang tua otoriter 41 persen lebih mungkin mengalami obesitas karena pola asuh yang ketat cenderung membatasi gerak anak, yang akhirnya aktivitas tidak akan jauh dari lingkungan rumah. Oleh karena itu, meski memiliki tujuan batasan dan harapan anak-anak menjadi yang terbaik, aturan juga harus diimbangi dengan kehangatan kasih sayang serta keterbukaan untuk berkomunikasi antara anak dan orang tua.
Pilihan Editor: Kunci Cegah Stunting: Gizi Seimbang dan Pola Asuh