Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Soal puntung atau tak ada pohon

Areal penghijauan di tanah kritis daerah aliran sungai rokan dilaporkan terbakar sampai tiga kali. di duga disengaja, untuk menutupi kegagalan proyek penghijauan sejak mengalami kemacetan. (dh)

6 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERCAYALAH: tanah kritis Daerah Aliran Sungai (DAS) Rokan di Kabupaten Kampar, Riau, terbentang seluas 50.000 hektar. Angka ini diperoleh dari Dinas Kehutanan di provinsi yang kaya minyak itu. Berangkat dari keadaan yang rawan seperti itu, Pemda mencantumkan rencana penghijauan, reboisasi, dalam anggaran 1979-1980. Hasilnya Belum jelas. Tapi akhir Mei lalu, Gubernur Riau Imam Munandar menerima laporan Dinas Kehutanan: daerah yang semestinya telah hijau itu terbakar. Laporan itu disampaikan sangat terlambat. Kebakaran itu, menurut keterangan tertulis dari W.A, Harrison dari Kontraktor Geophysical Service Inc., pertama kali terjadi 17 April berselang. Dan sesudah itu masih terjadi dua kebakaran lagi berturut-turut pada 19 dan 27 April. Gubernur segera membentuk sebuah tim khusus diketuai Siswoyo dari Direktorat Sosial Politik dibantu Dinas Kehutanan, Polri dan Pertamina. Sudah dua hari tim terjun ke lapangan mencari sebab-musabab kebakaran, Tapi Drs. Rusydi S. Abrus, Humas Kantor Gubernur, tidak bersedia memberi keterangan apa pun. "Tim masih bekerja kok," ujarnya mengelak. Sementara keterangan resmi belum kunjung diumumkan, pelbagai kabar burung bersimpang-siur di luaran, Drs. Bintang Siahaan, Kepala Bidang Pembinaan Kehutanan Dinas Kehutanan Riau menyatakan, api diduga berasal dari puntung rokok atau dapur milik para buruh kontraktor minyak Conoco, yang kebetulan sedang melakukan pencarian minyak di sekitar hutan reboisasi tersebut. Tapi Agus Diapari, Humas Pertamina di Dumai, meragukan keterangan Bintang. Alasannya sederhana: lokasi pencarian minyak Conoco berada sekitar 1 km dari areal reboisasi. Sedangkan laporan Harrison ada menyebut-nyebut tentang gumpalan asap yang di saat-saat cuaca cerah terlihat di beberapa tempat. Gumpalan asap itu ditandainya berasal dari tanah yag sedang digarap penduduk setempat. Dia juga tak lupa menyebut-nyebut tentang penduduk yang kurang hati-hati -- membuang puntung di sembarang tempat, misalnya. Soal puntung tidak berakhir di situ. Sebuah sumber yang kebetulan ikut dalam tim tegas-tegas membantah. "Puntung rokok tak mungkin bisa membakar lalang yang masih basah oleh embun. Bukankah kawasan itu terbakar ketika hari masih pagi?" tuturnya setengah bertanya. Dalam pada itu di kalangan tertentu di Pakanbaru ramai diperbincangkan kemungkinan bahwa hutan reboisasi telah dibakar dengan sengaja. Mengapa Untuk menutupi kegagalan proyek penghijauan yang sejak lama mengalami kemacetan. Memang, proyek itu tersendat-sendat selama hampir dua tahun, karena beberapa sebab. Disebutkan antara lain Knop-15, juga upah tanam Rp 500 per HOK, yang dikatakan terlalu rendah hingga tidak ada orang yang mau mengerjakannya. Di samping itu, dana yang terpakai baru Rp 30 juta, sedangkan dana untuk bibit dinyatakan habis. Adalah Dinas Kehutanan sendiri yang bertanggungjawab penuh atas usaha penghijauan tersebut --karena jawatan ini juga yang merangkap sebagai pimpinan proyek. Ketika tim turun ke lapangan, yang terletak dalam jarak 300 km dari Pakanbaru, bekas-bekas kebakaran sudah tertutup batang ilalang yang dalam waktu singkat tumbuh kembali dan meninggi. Ada dugaan bahwa 500.000 batang pohon terdiri dari akasia, mahoni dan pinus punah dijilat api dan kerugian seluruhnya ditaksir Rp 50 juta. Tapi begitupun masih ada satu pertanyaan: apakah benar pohon-pohon itu pernah tumbuh di areal kebakaran itu? Berdasarkan laporan yang masuk ke Kantor Gubernur, sampai September 1980, ternyata belum ada sebatang pohon pun yang ditanam. Sedangkan di tahun sebelumnya pada bulan yang sama baru selama 3 bulan ilalang sempat digarap. Tapi Dinas Kehutanan melaporkan, di kawasan hutan yang terbakar sudah tumbuh pepohonan berumur 812 bulan. Laporan siapa yang benar?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus