Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Emotional Intelligence disingkat EI atau kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengelola emosi sendiri dan memahami emosi orang-orang di sekitar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Orang dengan EI tinggi dapat mengidentifikasi perasaan mereka, apa arti perasaan tersebut, dan bagaimana emosi tersebut memengaruhi perilaku mereka dan orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Mental Health America, ada lima elemen kunci EI: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional ini membantu seseorang merasakan empati dan menghindari konflik, juga memungkinkan membuat keputusan yang lebih bijak dan memperkuat hubungan.
Dilansir dari Psychology Today, teori ini diperkenalkan oleh Peter Salovey dan John D. Mayer pada 1990-an, yang telah diterima secara luas. Namun beberapa psikolog berpendapat EQ tidak memiliki kekuatan penjelasan yang sebenarnya.
Ciri-ciri orang yang memiliki EQ yang baik yakni memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan realistis tentang diri mereka sendiri, tidak tergesa-gesa dalam bertindak, berpikir sebelum melakukan sesuatu, mampu mengubah haluan dan meringankan suasana hati, baik secara internal maupun eksternal.
Selain itu, mereka juga memahami atau peka dengan emosi orang lain. Orang dengan EQ tinggi dapat mendengar dan memahami sudut pandang orang lain dengan jelas.
Bagaimana Kecerdasan Emosional Diukur?
Dilansir dari Very Wll Mind, sejumlah tes yang berbeda dilakukan untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional. Tes-tes tersebut umumnya terbagi dari dua jenis: tes laporan diri dan tes kemampuan.
Tes laporan diri adalah yang paling umum karena paling mudah untuk dikelola dan dinilai. Pada tes tersebut, responden menjawab pertanyaan atau pernyataan dengan memberi nilai pada perilaku mereka sendiri.
Sebagai contoh, pada pernyataan seperti “Saya sering merasa bahwa saya memahami apa yang orang lain rasakan,” peserta tes dapat mendeskripsikan pernyataan tersebut sebagai tidak setuju, agak tidak setuju, setuju, atau sangat setuju.
Jika mengikuti tes kecerdasan emosional yang diberikan oleh profesional kesehatan mental, maka ada dua ukuran yang digunakan:
Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) adalah sebuah tes berbasis kemampuan yang mengukur empat cabang dari model kecerdasan emosional Mayer dan Salovey. Peserta tes melakukan tugas-tugas yang dirancang untuk menilai kemampuan mereka dalam memahami, mengidentifikasi, memahami, dan mengelola emosi.
Emotional and Social Competence Inventory (ESCI) didasarkan pada instrumen lama yang dikenal sebagai Self-Assessment Questionnaire dan melibatkan orang-orang yang mengenal individu tersebut untuk memberikan penilaian atas kemampuan orang tersebut dalam beberapa kompetensi emosional yang berbeda.
Ellya Syafriani turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Tips Praktis Mengetahui Kecerdasan Tanpa Tes IQ