Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Apa itu Terapi EMDR?

20 Mei 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Eye Movement Desensitization and Reprocessing, disingkat EMDR, adalah salah satu terapi untuk mengatasi gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stressing disorder). Terapi ini dianggap efektif menyembuhkan trauma, tidak hanya pada anak-anak, tapi juga pada orang dewasa yang pernah mendapat perlakuan kekerasan selama konflik, seperti pemerkosaan, peperangan, atau kecelakaan. Dalam terapi itu, menurut Dokter Suryo Dharmono, staf pengajar Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran UI, penderita stres pascatrauma diajak membayangkan peristiwa traumatis dan berani menerima peristiwa traumatis itu. Sebelum memulai terapi, pasien diminta menceritakan situasi traumatis yang dialaminya. Setelah itu, ia diminta menceritakan situasi yang paling ia senangi. Dengan demikian, diharapkan penderita mampu menerima situasi traumanya. Kemudian, memori yang traumatis itu diproses ulang dengan stimulasi bilateral--dengan gerakan mata ke kanan dan ke kiri, bisa juga tepukan tangan pada lutut kanan-kiri. Hal itu untuk memberikan efek relaksasi. Dengan tiga kali pertemuan, tiap pertemuan 90 menit, akan diperoleh manfaat yang besar bagi pasien. "Tetapi beberapa ahli lain masih meragukan hal ini," kata Suryo, yang juga bakal menjadi salah seorang partisipan pelatihan EMDR. Sebenarnya, terapi EMDR itu bukan sesuatu yang baru. Terapi ini ditemukan oleh Francine Shapiro, yang juga Direktur Eksekutif Institut EMDR, pada 1987. Kemudian, program ini dipopulerkan pada 1994 di daerah California, AS. Terapi itu pernah diterapkan di Aljazair, Bangladesh, Bosnia, Kolombia, Kroasia, El Salvador, India, Afrika Selatan, dan Kenya. Terapi ini mirip dengan terapi relaksasi. Dalam terapi relaksasi, penderita diajak kembali melihat situasi traumatisnya, memikirkan situasi traumatisnya, kemudian saat muncul ketegangan-ketegangan, diajak berelaksasi: mengatur napas, merilekskan otot. Terapi ini, paling sedikit, membutuhkan sepuluh kali pertemuan. Perbedaannya, dalam EMDR yang menonjol adalah reprocessing melalui stimulasi bilateral. "Itu yang dianggap mempercepat proses juga. Sehingga, dalam tiga kali pertemuan diharapkan sudah bisa recovery," kata Suryo. Meskipun kelihatan hampir sama, kedua terapi ini sesungguhnya berbeda, mempunyai kekuatan yang berbeda pula. Untuk Indonesia, program EMDR ini hasil kerja sama organisasi nirlaba Eye Movement Desensitization and Reprocessing, Humanitarian Assistance Program (EMDR-HAP) dengan UNICEF. Program ini dilaksanakan dalam dua tahap, di Ambon dan Aceh. Tahap pertama, 7-11 Mei di Aceh dan 14-18 Mei di Ambon. Tahap kedua, 16-20 Juli di Aceh dan 23-27 Juli di Ambon. Selain di Ambon dan Aceh, mereka juga akan melakukannya di Semarang. Mereka menyertakan empat orang terapis dari EMDR-HAP. Untuk tahap pertama, mereka mengadakan pelatihan terhadap 25 partisipan di daerah Aceh dan Maluku tentang apa itu EMDR dan bagaimana melaksanakannya. Hasil pelatihan itu dipakai untuk bahan kajian pelayanan terapi EMDR pada anak-anak dan wanita di daerah konflik Aceh dan Ambon, pada tahap kedua nanti. Kedua hasil terapi ini direncanakan akan diseminarkan dalam Konferensi Psikiatri Indonesia di Surabaya, Juli nanti. MIS, Endah W.S.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus